Kamis, 14 Februari 2013

Experience Is The Best Teacher


Selasa, 12 Pebruari 2013

Setiap orang tentunya memiliki sebuah pengalaman, yah bagaimana tidak apa yang dimaksud pengalaman disini adalah suatu kejadian yang terjadi dan dialami oleh seseorang, bagaimana tidak bahkan orang yang telah meninggal pun memiliki pengalaman, yap! pengalaman semasa hidup tentunya. Terkait dengan masalah pengalaman, sudah tidak asing lagi ditelinga kita akan suatu pepatah yang erat kaitannya dengan pengalaman, apalagi kalau bukan “Pengalaman adalah Guru yang Sangat Berharga”. Filosofi tentang mengapa sebuah pengalaman bisa menjadi Guru yang sangat berharga dikarenakan sebuah pengalaman itu adalah kunci dari apa yang telah kita perbuat, semakin banyak kita berbuat maka semakin banyak pula kita mendapatkan pengalaman dan semakin banyak kita tahu, sehingga kelak kita bisa mengambil suatu keputusan terhadap tindakan dengan cukup bijak. Tidak menutup kemungkinan apakah pengalaman itu bisa kita nilai dengan pengalaman yang baik (menguntungkan) ataupun pengalaman yang buruk sekalipun (biasanya pengalaman yang merugikan untuk diri kita sendiri).

Namun, kebanyakan manusia menilai bahwa pengalaman yang bersifat buruk itu hanya akan berdampak negatif, meninggalkan bekas atau kenangan yang bisa membuat Down atau bisa dikatakan terpuruk. Padahal, dibalik kenangan yang buruk tersebut banyak pelajaran yang bisa kita ambil dan yang sangat fatal kebanyakan orang tidak menyadari akan hal itu. Keadaan seperti itu sangat bisa dimaklum, karena pada saat manusia dalam keadaan yang tidak diinginkan (buruk) mereka tidak bisa berfikir secara jernih dan tenang, yang ada dalam fikirannya adalah kegelisahan akan keadaan yang sedang menimpanya. Dan pada akhirnya, mereka akan menyalahkan keadaan dan selalu berfikir negatif. Itu sebabnya mengapa manusia membutuhkan seseorang yang mereka percaya untuk mendampinginya ketika dalam keadaan terpuruk atau tertimpa musibah, itu berfungsi sebagai penenang dan pengontrol keadaan.
Padahal jika kita analisis lebih dalam, harusnya kita selalu bersyukur ketika kita mendapatkan musibah, karena itu merupakan suatu proses untuk membentuk kepribadian kita agar bisa lebih matang dan lebih berkualitas. Contoh studi kasus seperti ini, seorang bocah hidup dalam keterbatasan, baik itu dalam fisik maupun materi (dalam artian keadaan ekonomi) keluarga. Ia selalu menjalani hidupnya dengan penuh kesenangan dan selalu tampil ceria dihadapan umum. Tanpa disadari, ternyata ia selalu memendam segala keluh kesah yang ia alami, dari mulai tahan mental mengenai keterbatasan fisiknya sampai menahan rasa iri terhadap rekannya karena keterbatasan ekonomi yang ia alami. Panggil saja ia dengan sebutan Toto (mohon maaf apabila ada kesamaan nama dan pengalaman, ini hanyalah rekayasa semata untuk dijadikan bahan kajian). Suatu ketika, keadaan ekonomi keluarga Toto yang terbatas itu mengalami kemunduran dikarenakan faktor tertentu, ia dipaksa untuk mengalami suatu keadaan yang ia pun enggan untuk menjalaninya. Sehingga dalam kehidupannya, ia harus lebih mengirit lagi penggunaan uangnya, disamping itu ia selalu tertutup sehingga orang tua tidak mudah mengetahui tentang kebutuhannya. Keterbatasan itu membuat keadaan Toto semakin terpuruk didepan teman-temannya, ditambah lagi ia bergaul dengan orang-orang yang bisa disebut ‘Berada’ yang memiliki tingkat ekonomi jauh diatasnya. Ketika rekannya dengan sangat leluasa menggunakan harta yang dimiliki orangtua mereka, ia hanya bisa tersenyum dan ikut senang seraya hati teiris pilu melihat ketidakberdayaan ia didepan rekannya. Namun karena ketertutupannya, rekannya tidak ada yang tau sama sekali tentang apa yang sedang Toto alami. Ia hanya bisa meratapi kesedihannya seketika rekannya membeli property dan peralatan yang memang bisa dibilang Wah untuk anak seusianya, ia terpuruk dan merasa tersisihkan diantara rekannya itu. Apa daya tangan tak sampai, harapan dan angan tak bisa tergapai, itulah keadaan yang dialami oleh Toto.
Sebenarnya rasa iri yang dimiliki toto sangatlah tinggi, ia ingin sekali seperti rekannya dan ia juga ingin membeli apa yang dibeli oleh rekannya, namun apa daya keadaan ekonomi berkata lain, kenyataan tak berujung sesuai harapan.
Jika dalam keadaan terbawa emosi, Toto bisa saja menyalahkan keadaan karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, atau nekat membohongi orang tuanya bahkan sampai mengancam. Namun jika dalam keadaan rileks, ia bisa memikirkan hal positif yang bisa ia petik dari pengalaman yang baru saja ia alami.
Dari cuplikan cerita diatas dapat kita analisis, bahwa Toto adalah seorang yang sangat sederhana yang hidup di kalangan orang-orang dengan tingkat ekonomi yang tinggi. Karakterisktik dari Toto itu sendiri merupakan orang yang tertutup namun disisi itu juga dia memiliki rasa iri dan arogan yang cukup tinggi. Jika dia berkembag dalam keadaan yang baik, dalam artian ia dibesarkan dalam keadaan ekonomi yang memadai, mapan dan tidak dalam keadaan serba terbatas, ia bisa leluasa dengan seenaknya memakai harta miliki orang tuanya. Tidak menutup kemungkinan ia bisa menjadi anak yang sombong karena ia memiliki materi yang lebih dan apapun yang ia inginkan pasti ia beli karena rasa irinya yang tinggi. Namun, alur cerita disini berbeda, pegalaman mengajarinya tentang arti dari sebuah ‘Musibah’. Disini ia bisa belajar dari pengalaman yang ia alami, secara tidak langsung ia melatih kesabarannya dalam menghadapi keterbatasan tersebut. Disisi lain juga ketekunan ia dilatih dan dengan keadaan yang seperti itu ia dituntunt agar bisa berfikir lebih dewasa dan bijak. Kelak dikemudian hari ia bisa menjadi sosok yang memiliki fikiran bijak dan tepat ketika mengambil keputusan, ketekunan ia dalam pekerjaan dan kesabarannya yang ia dapat dari latihan ketika ia mengalami keterbatasan materi akan mengantarkan kedepan pintu gerbang kesuksesannya kelak. Dan ketika ia dilimpahi harta yang banyak, ia tidak akan sombong dan arogan karena dulu ia pernah mengalami betapa pahitnya penderitaan hidup berada pada garis keterbatasan ekonomi. Lihatlah, begitu banyak sekali manfaat yang didapat, bahkan manfaat tersebut sampai menghantarkan pada gerbang kesuksesan.
Deskripsi diatas, hanya secuil dari banyak manfaat yang bisa didapatkan dari pengalaman pahit, andaikan kita sadar makna yang tersirat dibalik sebuah musibah, maka kita akan manjadi orang yang sangat sukses setelah mendapat musibah, dan keluhan akan berganti menjadi rasa syukur yang tiada henti.
“ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan bukanlah suatu halangan untuk menggapai kesenangan, namun itu adalah cara pengalaman mengajari kita agar bisa menjadi pribadi yang lebih dari apa yang ada pada harapan kita. Karena pengalaman adalah guru yang terbaik yang pernah kita temukan dalam hidup kita. (experience is the best teacer).
Sekian post dari saya, semoga bermanfaat bagi para sahabat pembaca..
Sampai bertemu kembali pada post berikutnya, mohom maaf atas segala kekurangan baik dari teknik penulisan maupun sudut pandang dan pola fikir penulis dalam penyelesaian suatu kasus, ini disebabkan karena kekurangan pengalaman dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan bagi penulis yang sedang dalam proses pembelajaran ini.
Sekian dan terimakasih.
[Joy]

0 komentar:

Posting Komentar

 
;