Rabu, 26 Juni 2013
Selamat malam dan selamat
menikmati indahnya angin semilir sang rembulan… Meskipun sahabat pembaca melihat
catatan ini enggak pada malam hari, tapi aku tetep maksa ngucapin met malem,
kenapa? Cause aku nulis secarik catatan ini dimalam hari (emm…
tepatnya sih udah maghrib), heheee. Oke, folks gimana kabarnya?? Pasti pada
sehat kan, im too sorry cause aku ga suka lagi update tentang
blog aku ini. Kalo masalah nulis-nulis gajelas sih masih sering, misal nulisin
rumah orang, nulisin muka orang sampe nulisin muka pacar orang, hehee *just
kidding. Kenapa aku jarang update tulisan aku ke blogg, banyak alesan yang
mondar mandir gak jelas dalam benak aku ini, but yang
jelas aku sekarang kan udah kelar kuliah, udah wisuda dan udah jadi
pengangguran sementara yang lagi nunggu panggilan kerja, so I don’t
have a some money for recharge of my modem, alias kere, hihiii.
Ditambah lagi di daerah aku kan sangat jarang banget sinyal tembus, huft
bingung deeeh jadinya mau make modem apa juga kan, bagi yang tingga di daerah
maja dan sekitarnya tolong kasih tau aku yaaaaa sobat! J
Well, dimalam yang berbahagia ini aku ditemani oleh aroma coklat belgian yang
menggoda akan menuangkan secarik realita kepada kertas tak berupa ini, semoga
ini menjadi inspirasi bagi para sahabat pembaca. Tidak ada sedikitpun unsur
pengaduan apalagi mengumbar kejelekan, its just for learning. Oke, lets
go to our main topic, Entah mengapa dan etah kenapa baru beberapa hari aku
menginjakkan kaki di rumah tercintaku ini, aku telah merasakan hal yang yaaah
bisa disebut membosankan atau juga bisa disebut hal yang tidak atau kurang
sefaham. Mungkin memang perbedaan adat dan tabiat serta kebiasaan, bisa juga
karena mungkin aku kurang suka berada dibawah tekanan, meskipun itu tekanan
orang tuaku sendiri.
Seperti biasa, pada jam-jam tertentu aku melakukan sesuatu yang memang telah
menjadi rutinitasku selama ini, hanya saja mungkin orang tuaku tidak mengetahui
rutinitas tersebut sehingga mereka belum terbiasa terhadap rutinitasku itu.
Beberapa hari pertama sih tidak ada masalah, mereka seperti enjoy menghadapi
semuanya, tampak ada sedikitpun kekesalan yang nampak. Sampai pada suatu hari
ketika aku telah melakukan rutinitasku (agar tidak canggung kita sebut saja ini
dengan sebutan olah raga), orang tuaku sedikit menegur karena aku selalu
melakukannya di sore hari dan mandi dimalam hari. Pada pertama kalinya emang
aku akui, karena aku emang salah soalnya aku berangkat olahraganya terlalu sore
sehingga setelah adzan berkumandang aku baru menyelesaikan olahraga tersebut
dan pulang kerumah. Namun, untuk yang kedua kalinya aku kurang menerima, karena
pada saat itu aku datang diwaktu yang tidak terlalu sore dan adzan pun belum
berkumandang. Aku saat itu langsung pergi ke dapur memanaskan air untuk mandi
karena tubuhku tidak tahan terhadap air dingin, apalagi sore itu matahari telah
terbenam.
Seraya mnunggu air
mendidih, aku rebahkan sejenak tubuhku dan seketika orang tuaku mendatangiku
dan berkata *sensor pokoknya sangat tidak enak sekali didengar
ditelingaku. Sejenak aku berfikir, bukankah adik-adikku juga masih
santai-santai dan belum bergegas untuk pergi ke kamar mandi, kenapa aku yang
selalu mendapat kata-kata pedih seprti itu? Aku hanya menghela nafas dan
terseyum ketika beliau terus mengomel, entah memang tidak sadar atau mungkin
beliau sangat sekali perhaitan, sehingga hanya aku yang diperingatkan oleh
kata-kata pedihya itu. Tanpa fikir panjang aku segera membersihkan badan.
Tak habis fikir, mungkin aku
memang anak yang durhaka, aku merasa tak betah berada di rumah, rumah yang
nyaman aman damai tentram, penuh kasih sayang dan penuh akan keramaian
saudara-saudariku. Mungkin aku anak pembangkang yang lebih betah tinggal
bersama orang asing diperantauan sana, tidak suka akan tekanan meskipun itu
berupa “perhatian” sekalipun. Mungkin memang benar aku anak yang sangat tidak
tahu balas budi, aku selalu berfikir bahwa akulah yang ditirikan, akulah yang
selalu mendapat cacian, aku yang selalu mendapatkan perlakuan yang menyakitkan,
walau sebenarnya bahwa akulah yang paling diperhatikan… Mungkin, akulah anak
yang tak patut dicontoh untuk saudara-saudariku, karena dalam benakku selalu
terlintas “Bahagiamu, adalah Aku Jauh Darimu”…………
Well, sekian catatan untuk malam ini, semoga para sahabat pembaca dapat
mengambil intisari dari realita yang telah aku tuangkan kedalam sebuah karya
seni ini, ini bukanlah tentang pengaduan bocah akan ketidakharmonisan rumah
tagga, namun ini hanyalah sebuah karya yang terbentuk dari sebuah realita.
Salam hangat, sampai ketemu lagi di postingan berikutnya, see U…
Joy,,
J
0 komentar:
Posting Komentar