Senin, 01 Juli 2013

Bahagiamu, adalah Aku Jauh Darimu

Rabu, 26 Juni 2013

         Selamat malam dan selamat menikmati indahnya angin semilir sang rembulan… Meskipun sahabat pembaca melihat catatan ini enggak pada malam hari, tapi aku tetep maksa ngucapin met malem, kenapa? Cause aku nulis secarik catatan ini dimalam hari (emm… tepatnya sih udah maghrib), heheee. Oke, folks gimana kabarnya?? Pasti pada sehat kan, im too sorry cause aku ga suka lagi update tentang blog aku ini. Kalo masalah nulis-nulis gajelas sih masih sering, misal nulisin rumah orang, nulisin muka orang sampe nulisin muka pacar orang, hehee *just kidding. Kenapa aku jarang update tulisan aku ke blogg, banyak alesan yang mondar mandir gak jelas dalam benak aku ini, but  yang jelas aku sekarang kan udah kelar kuliah, udah wisuda dan udah jadi pengangguran sementara yang lagi nunggu panggilan kerja, so I don’t have a some money for recharge of my modem, alias kere, hihiii. Ditambah lagi di daerah aku kan sangat jarang banget sinyal tembus, huft bingung deeeh jadinya mau make modem apa juga kan, bagi yang tingga di daerah maja dan sekitarnya tolong kasih tau aku yaaaaa sobat! J

          Well, dimalam yang berbahagia ini aku ditemani oleh aroma coklat belgian yang menggoda akan menuangkan secarik realita kepada kertas tak berupa ini, semoga ini menjadi inspirasi bagi para sahabat pembaca. Tidak ada sedikitpun unsur pengaduan apalagi mengumbar kejelekan, its just for learning. Oke, lets go to our main topic, Entah mengapa dan etah kenapa baru beberapa hari aku menginjakkan kaki di rumah tercintaku ini, aku telah merasakan hal yang yaaah bisa disebut membosankan atau juga bisa disebut hal yang tidak atau kurang sefaham. Mungkin memang perbedaan adat dan tabiat serta kebiasaan, bisa juga karena mungkin aku kurang suka berada dibawah tekanan, meskipun itu tekanan orang tuaku sendiri.
          Seperti biasa, pada jam-jam tertentu aku melakukan sesuatu yang memang telah menjadi rutinitasku selama ini, hanya saja mungkin orang tuaku tidak mengetahui rutinitas tersebut sehingga mereka belum terbiasa terhadap rutinitasku itu. Beberapa hari pertama sih tidak ada masalah, mereka seperti enjoy menghadapi semuanya, tampak ada sedikitpun kekesalan yang nampak. Sampai pada suatu hari ketika aku telah melakukan rutinitasku (agar tidak canggung kita sebut saja ini dengan sebutan olah raga), orang tuaku sedikit menegur karena aku selalu melakukannya di sore hari dan mandi dimalam hari. Pada pertama kalinya emang aku akui, karena aku emang salah soalnya aku berangkat olahraganya terlalu sore sehingga setelah adzan berkumandang aku baru menyelesaikan olahraga tersebut dan pulang kerumah. Namun, untuk yang kedua kalinya aku kurang menerima, karena pada saat itu aku datang diwaktu yang tidak terlalu sore dan adzan pun belum berkumandang. Aku saat itu langsung pergi ke dapur memanaskan air untuk mandi karena tubuhku tidak tahan terhadap air dingin, apalagi sore itu matahari telah terbenam.
Seraya mnunggu air mendidih, aku rebahkan sejenak tubuhku dan seketika orang tuaku mendatangiku dan berkata *sensor pokoknya sangat tidak enak sekali didengar ditelingaku. Sejenak aku berfikir, bukankah adik-adikku juga masih santai-santai dan belum bergegas untuk pergi ke kamar mandi, kenapa aku yang selalu mendapat kata-kata pedih seprti itu? Aku hanya menghela nafas dan terseyum ketika beliau terus mengomel, entah memang tidak sadar atau mungkin beliau sangat sekali perhaitan, sehingga hanya aku yang diperingatkan oleh kata-kata pedihya itu. Tanpa fikir panjang aku segera membersihkan badan.
Tak habis fikir, mungkin aku memang anak yang durhaka, aku merasa tak betah berada di rumah, rumah yang nyaman aman damai tentram, penuh kasih sayang dan penuh akan keramaian saudara-saudariku. Mungkin aku anak pembangkang yang lebih betah tinggal bersama orang asing diperantauan sana, tidak suka akan tekanan meskipun itu berupa “perhatian” sekalipun. Mungkin memang benar aku anak yang sangat tidak tahu balas budi, aku selalu berfikir bahwa akulah yang ditirikan, akulah yang selalu mendapat cacian, aku yang selalu mendapatkan perlakuan yang menyakitkan, walau sebenarnya bahwa akulah yang paling diperhatikan… Mungkin, akulah anak yang tak patut dicontoh untuk saudara-saudariku, karena dalam benakku selalu terlintas “Bahagiamu, adalah Aku Jauh Darimu”…………
          Well, sekian catatan untuk malam ini, semoga para sahabat pembaca dapat mengambil intisari dari realita yang telah aku tuangkan kedalam sebuah karya seni ini, ini bukanlah tentang pengaduan bocah akan ketidakharmonisan rumah tagga, namun ini hanyalah sebuah karya yang terbentuk dari sebuah realita. Salam hangat, sampai ketemu lagi di postingan berikutnya, see U…
Joy,,
J

0 komentar:

Posting Komentar

 
;