Jum’at, 5 Juli
2013
Selamat berjumpa
kembali wahai para sahabat pembaca yang budiman, salam sejahtera semoga para
sahabat selalu ada dalam keadaan sehat walafiat dan sentausa. Oh… aku selaku writer memohon
maaf yah jika selama ini dalam my blog terdapat tulisan yang
emang kurang berkenan dihati dan juga canda yang menoreh perih di asa, semoga
sahabat dapat memaafkan segala kesalahanku baik yang besar atau kecil, yang
disengaja ataupun tidak dan yang terlihat dan yang kasat mata. Pasti
rekan-rekan heran kan kenpa kok tiba-tiba aku meminta maaf seperti ini, ini
bukan karena aku telah tersadarkan atau mau tobat, heheee, aku masih tetep kok
kaya dulu masih aku yang ngasal dan masih pengen meuangkan kesemrawutan
catatanku dalam sehelai blog ini. aku meminta maaf pada rekan-rekanku karena
sebentar lagi kita akan menjelang puasa atau bulan suci rhamadhan, senengnya
yah… selamat berbahagia untuk yang menjalakannya (termasuk aku). Semoga kita
dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terhadap sang pencipta dan
kita dapat kembali kepada hari yang fitri kelak. J
Well, pada
kesempatan kali ini aku akan sedikit berceritera mengenai pengalamanku pasca
wisuda, atau pasca sarjana (eiiitttsss, pasca sarjana disini memiliki konotasi
berbeda loh dari yang biasanya, kalo biasanya pasca sarjana itu berari magister
atau program strata 2, nah kalau versi aku pasca sarjana itu yaaaaahh setelah
menempuh sarjana, baik itu sekolah kembali, bekerja atau pengangguran sekalipun
seperti aku, tetep aja namanya pasca sarjana, toh itu kan setelah sarjana,
heee.
Kali ini merupakan
pengalaman yang sangat miris sekali yah sobat, aku harap sobat tidak
mengalaminya nanti. Mungkin ini juga salah aku juga sih yang terlalu leha-leha
menghadapi realita kehidupan aku, sementara itu disisi lain waktu yang terus
berjalan lama-lama mengkikis usiaku yang semakin hari semakin rapuh dan tua
tentunya. Selama ini setelah wisuda dan setelah mencoba melamar ke berbagai
instuisi (sekolah-sekolah) karena emang aku kurang berminat jika harus mengantri
daftar ke job yang non-pendidikan meskipun tawaran menggiurkan
bejibun, aku tetap akan memperjuangkan tekadku untuk menjadi seorang tenaga
pendidik, walaupun untuk awal yang sangat mengenaskan seperti sekarang ini.
Kecuali aspek non pendidikan itu adalah menjadi seorang psikolog, wow cita-cita
gw banget tuh #ngareppp. But it’s a impossible, walau memang
realitanya yah aku yakin sendiri tidak ada yang tidak mungkin jika diusahakan,
tapi rasanya kalau dalam jangka waktu dekat ini itu agak sulit, kecuali kalau
aku ketiban rezeki yang tidak terduga yang entah darimana datangnya (yang jelas
halal), dan aku langsung menjalankan bisnis keluarga, #udahan ah ngehayanya.
Back to our main
topic, kenapa pada narasi sebelumnya aku bercrita bahwa aku
dalam keadaan miris??? Ehm sedikit curhat nih yah, pasca aku wisuda dan setelah
aku mencoba melamar pekerjaan kesana kemari tentunyan dengan diiringi lagu bang
Iwan Fals dengan Sarjana Mudanya (beuh pokoknya jlebb banget deh, heee…) kini
aku adalah sosok sarjana yang dipertanyakan pertanggungjawabannya, seyogyanya
aku yang bertitelkan sarjana pendidikan harus mampu mendidik dan mencerdaskan
anak-anak yang ada di negeri kita ini (ah terlalu luas) dikecamatan atau di
desa dulu aja deeehh ah. Nah, kini tugasku entah apa, karena sekarang aku belum
tentu mendapatkan pekerjaan yang aku idamkan itu, terbentur dengan masalah
sertifikasi yang mengharuskan untuk mengajar 24 jam seminggu, kini imbasnya
adalah para lulusan sarjana pendidikan yang masih fresh graduate. Kami
selaku para sarjana khususnya sarjana pendidikan akan lari kemana jika jam yang
selayaknya menjadi tanggung jawab kami untuk mengajar dipergunakan dihabiskan
oleh para senior kami, dapat dimaklumi sih jika emang kenyataan dilapangan para
peserta didik terkelola dengan baik, namun jika jam tersebut diambil olah para
senior namun pada realitanya mereka tidak masuk kedalam kelas untuk mengajar
karena sibuk banyak urusan atau mungkin karena umur mereka yang terlalu tua
sehingga gerak langkah mereka menjadi terbatasi gimana? Nah loh??? terus anak
didiknya gimana tuh? Masa iya mau disuruh makan LKS tiap hari…
Kini aku hanya bisa
bersuarakan dalam beberapa helai goresan tangan yang semrawut ini, aku emang
pencundang yang tidak bisa berbicara didepan orang banyak, aku hanya bersuara
dibalik karyaku ini… kini yang aku inginkan hanyalah sebuah tempat untuk aku
mempertanggunjawabkan ilmu yang selama ini telah ku tapaki, tempat untuk aku singgah
dan berbagi bersama para saudara seperjuangan dalam dunia pendidikan, tempat
dimana aku bisa menggali kembali karyaku dan potensiku, untuk abdikan kepada
mereka yang membutuhkan… karena, pendidik yang sukses adalah dia yang mampu
menemukan sejumlah potensi dan bakat dari anak didiknya dan kemudian
menyalurkannya dengan cara yang tepat… bukan mereka yang dapat menjadi kaya dan
memiliki berbagai macam properti hidup yang dirauknya dari bidang pendidikan
demi untuk kemakmuran kehidupan pribadinya…
Aku bingung,
disamping aku tertekan dengan tuntutan ku terhadap gelar akademik yang telah
aku dapat, juga keadaan keluargaku yang memaksaku untuk cepat menunaikan
kewajibanku, kini dalam mirisnya kehidupanku dan sampai saat ini belum juga ada
suara tuntutan tanggung jawab dari instuisi yang telah aku datangi, yah mungkin
aku harus menunggunya esok hari kembali, esoknya lagi, sampai nanti, tua, sakit
dan mati…
Joy,,
J
0 komentar:
Posting Komentar