Rabu, 17 Juli 2013

Pasca Sarjana

Jum’at, 5 Juli 2013


Selamat berjumpa kembali wahai para sahabat pembaca yang budiman, salam sejahtera semoga para sahabat selalu ada dalam keadaan sehat walafiat dan sentausa. Oh… aku selaku writer memohon maaf yah jika selama ini dalam my blog terdapat tulisan yang emang kurang berkenan dihati dan juga canda yang menoreh perih di asa, semoga sahabat dapat memaafkan segala kesalahanku baik yang besar atau kecil, yang disengaja ataupun tidak dan yang terlihat dan yang kasat mata. Pasti rekan-rekan heran kan kenpa kok tiba-tiba aku meminta maaf seperti ini, ini bukan karena aku telah tersadarkan atau mau tobat, heheee, aku masih tetep kok kaya dulu masih aku yang ngasal dan masih pengen meuangkan kesemrawutan catatanku dalam sehelai blog ini. aku meminta maaf pada rekan-rekanku karena sebentar lagi kita akan menjelang puasa atau bulan suci rhamadhan, senengnya yah… selamat berbahagia untuk yang menjalakannya (termasuk aku). Semoga kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita terhadap sang pencipta dan kita dapat kembali kepada hari yang fitri kelak. J
Well, pada kesempatan kali ini aku akan sedikit berceritera mengenai pengalamanku pasca wisuda, atau pasca sarjana (eiiitttsss, pasca sarjana disini memiliki konotasi berbeda loh dari yang biasanya, kalo biasanya pasca sarjana itu berari magister atau program strata 2, nah kalau versi aku pasca sarjana itu yaaaaahh setelah menempuh sarjana, baik itu sekolah kembali, bekerja atau pengangguran sekalipun seperti aku, tetep aja namanya pasca sarjana, toh itu kan setelah sarjana, heee.

Kali ini merupakan pengalaman yang sangat miris sekali yah sobat, aku harap sobat tidak mengalaminya nanti. Mungkin ini juga salah aku juga sih yang terlalu leha-leha menghadapi realita kehidupan aku, sementara itu disisi lain waktu yang terus berjalan lama-lama mengkikis usiaku yang semakin hari semakin rapuh dan tua tentunya. Selama ini setelah wisuda dan setelah mencoba melamar ke berbagai instuisi (sekolah-sekolah) karena emang aku kurang berminat jika harus mengantri daftar ke job yang non-pendidikan meskipun tawaran menggiurkan bejibun, aku tetap akan memperjuangkan tekadku untuk menjadi seorang tenaga pendidik, walaupun untuk awal yang sangat mengenaskan seperti sekarang ini. Kecuali aspek non pendidikan itu adalah menjadi seorang psikolog, wow cita-cita gw banget tuh #ngareppp. But it’s a impossible, walau memang realitanya yah aku yakin sendiri tidak ada yang tidak mungkin jika diusahakan, tapi rasanya kalau dalam jangka waktu dekat ini itu agak sulit, kecuali kalau aku ketiban rezeki yang tidak terduga yang entah darimana datangnya (yang jelas halal), dan aku langsung menjalankan bisnis keluarga, #udahan ah ngehayanya.

Back to our main topic, kenapa pada narasi sebelumnya aku bercrita bahwa aku dalam keadaan miris??? Ehm sedikit curhat nih yah, pasca aku wisuda dan setelah aku mencoba melamar pekerjaan kesana kemari tentunyan dengan diiringi lagu bang Iwan Fals dengan Sarjana Mudanya (beuh pokoknya jlebb banget deh, heee…) kini aku adalah sosok sarjana yang dipertanyakan pertanggungjawabannya, seyogyanya aku yang bertitelkan sarjana pendidikan harus mampu mendidik dan mencerdaskan anak-anak yang ada di negeri kita ini (ah terlalu luas) dikecamatan atau di desa dulu aja deeehh ah. Nah, kini tugasku entah apa, karena sekarang aku belum tentu mendapatkan pekerjaan yang aku idamkan itu, terbentur dengan masalah sertifikasi yang mengharuskan untuk mengajar 24 jam seminggu, kini imbasnya adalah para lulusan sarjana pendidikan yang masih fresh graduate. Kami selaku para sarjana khususnya sarjana pendidikan akan lari kemana jika jam yang selayaknya menjadi tanggung jawab kami untuk mengajar dipergunakan dihabiskan oleh para senior kami, dapat dimaklumi sih jika emang kenyataan dilapangan para peserta didik terkelola dengan baik, namun jika jam tersebut diambil olah para senior namun pada realitanya mereka tidak masuk kedalam kelas untuk mengajar karena sibuk banyak urusan atau mungkin karena umur mereka yang terlalu tua sehingga gerak langkah mereka menjadi terbatasi gimana? Nah loh??? terus anak didiknya gimana tuh? Masa iya mau disuruh makan LKS tiap hari…
Kini aku hanya bisa bersuarakan dalam beberapa helai goresan tangan yang semrawut ini, aku emang pencundang yang tidak bisa berbicara didepan orang banyak, aku hanya bersuara dibalik karyaku ini… kini yang aku inginkan hanyalah sebuah tempat untuk aku mempertanggunjawabkan ilmu yang selama ini telah ku tapaki, tempat untuk aku singgah dan berbagi bersama para saudara seperjuangan dalam dunia pendidikan, tempat dimana aku bisa menggali kembali karyaku dan potensiku, untuk abdikan kepada mereka yang membutuhkan… karena, pendidik yang sukses adalah dia yang mampu menemukan sejumlah potensi dan bakat dari anak didiknya dan kemudian menyalurkannya dengan cara yang tepat… bukan mereka yang dapat menjadi kaya dan memiliki berbagai macam properti hidup yang dirauknya dari bidang pendidikan demi untuk kemakmuran kehidupan pribadinya…
Aku bingung, disamping aku tertekan dengan tuntutan ku terhadap gelar akademik yang telah aku dapat, juga keadaan keluargaku yang memaksaku untuk cepat menunaikan kewajibanku, kini dalam mirisnya kehidupanku dan sampai saat ini belum juga ada suara tuntutan tanggung jawab dari instuisi yang telah aku datangi, yah mungkin aku harus menunggunya esok hari kembali, esoknya lagi, sampai nanti, tua, sakit dan mati…
Joy,,

J

0 komentar:

Posting Komentar

 
;