Kamis, 11 September 2014
Salam hangat
selamat berjumpa kembali para pembaca yang budiman, salam sejahtera semoga
selalu tercurah limpahkan dan semoga anda sekalian selalu dalam keadaan yang
berbahgia. Pada post kali ini saya terinspirasi oleh sebuah karya tulis ilmiah
pada beberapa jejaring sosial yang menerangkan bahwa memberi pelajaran etika
dan moral itu jauh lebih penting daripada memberikan pelajaran berupa CaLisTung
alias baca tulis dan hitung.
Seorang guru dari
negeri sebarang sana pernah menyatakan bahwa “saya tidak khawatir dengan anak
didik yang tidak bisa atau telat untuk bisa baca tulis hitung, justru saya
lebih menghawatirka kepada mereka yang tidak pernah terbiasa untuk belajar
beretika mengantri”. Sekilas, mungkin benar jika belajar tentang calistung itu
sangatlah penting, tanpa itu mungkin seorang anak tidak punya modal untuk bekal
hidupnya. Namun, jika kita tela’ah lebih dalam lagi, mari kita bandingkan
antara belajar beretika mengantri dengan belajar berhitung.
Sebagian bahkan
hampir keseluruah orang menganggap bahwa membaca menulis dan menghitung itu
sangatlah penting dan harus diberikan atau diajarkan sedini mungkin. Namun pada
realitanya banyak orang tua yang memang secara ketat mengajarkan kepada anaknya
materi baca tulis hitung namun mereka hampir tidak pernah mengajarkan tentang
etika. Misalnya saja, kebutuhan anak akan pembelajaran ditekankan seperti
mengikuti les bimbel dan lain sebagainya, namun para anak tersebut tidak di
didik untuk bisa jujur dalam pelajaran atau minimalnya saja datang tepat waktu
saat bimbel. Dalam skala kecil itu mungkin tidak berpengaruh besar toh karena
paradigma berfikir para orangtua yang namanya bimbel itu kita yang bayar dan
kita juga yang mengeluarkan uang lebih jadi semau kita dong mau gimana juga.
Hal yang seperti itulah bibit atau awal dari tumbuhnya sikap kesewenangan.
Padahal disamping dalam memberikan materi, dalam bimbel para peserta didik juga
diajari mengenai etika dan disiplin, sayangnya sangat sedikit sekali orang yang
menyadari akan hal itu.
Jika
diinterpretasikan dalam skala besar, hal-hal kecil yang telah dibahas diatas
akan sangat berbahaya bagi kebiasaan anak didik, terutama dalam etika dan
kedisiplinan. Contoh kasusnya saja ketika seorang anak telah tumbuh besar dan
akan melamar atau bekerja pada suatu perusahaan, mereka yang telah terbiasa
tidak diajari etika dan kedisiplinan dari semasa ia kecil akan melamar atau memasuki
suatu ruang lingkup kerja dengan cara yang biasanya tidak umum, misalnya saja
masuk bekerja dengan cara menyogok dengan uang atau menitipkan jabatan pada
rekan atau kerabat yang sebelumnya telah lama bekerja ditempat yang
bersangkutan. Jika dengan cara melamarnya saja sudah seperti itu, bisa
dibayangkan bukan bagaimana nanti ia dalam kegiatan bekerjanya. Mereka,
orang-orang seperti itu akan bekerja sembarangan (apalagi jika missmatch),
bekerja hanya karena ingin mendapatkan gaji, bekerja dengan layak hanya jika
atasan melihat dan bekerja dengan sembarangan jika tidak ada sidak dari atasan.
Jika itu berlajut, apalagi di dalam sebuah kelembagaan negara, dapat dibayankan
bukan akan jadi apa negara kita jika orang-orang yang bekerjanya saja seperti
itu.
Hal mengerikan
barusan yang berimbas pada negeri kita ini hanyalah segilintir contoh studi
kasus dalam konteks yang sangat kecil. Maka dari itu, sangatlah setuju jika
pembenahan etika dan kedisiplinan perlu ditanamkan selagi kecil, bahkan mungkin
penanaman etika lebih harus diprioriaskan ketimbang pendidikan calistung. Misalnya
saja dalam mengantri ditempat wahana rekreasi, ketika antrian panjang dihadapi
banyak orang tua yang menyuruh anak-anaknya untuk menyerobot dengan berbagai
alasan dan metode modus agar mendapatkan antrian paling depan dan tidak
mengantri lama. Bahkan, ada pula orang tua yang malah marah-marah ketika
anaknya ditergur karena menyerobot antrian dengan berbagai dalih, dan yang
lebih parah lagi adalah ketika orang tua memarahi anaknya karena anaknya takut
dan tidak mau menyerobot dalam antrian, sangat miris sekali bukan? Memang, itu
hanyalah sebuah antrian wahana bermain anak yang mungkin tidak begitu penting,
apalagi filosifisnya dalam kehidupan. Namun, sikap yang terlarut dalam antrian
itulah yang menjadi pelajaran bagi kehidupan, disana para orang tua yang
memaksa anaknya untuk menyerobot antrian secara tidak langsung mendidik anaknya
untuk tidak disiplin dan beretika, saat ini mungkin hanya antrian, namun kelak
bisa saja dalam sebuah prosedur birokrat lain sebagainya.
Sebenarnya ada
banyak hal yang dapat diambil hikmahnya dari proses mengantri tersebut, dalam
hal mengatri terdapat pembelajaran yang sangat penting untuk anak-anak usia
dini. Beberapa nilai posotof yang dapat diambil dalam proses antrian yaitu
bahwa dalam melakukan segala sesuatu harus sesuai dengan prosedur yang berlaku,
dalam menjalani suatu hal harus disertai dengan kesabaran, jika ingin
mendapatkan posisi paling depan maka harus bisa datang lebih awal atau lebih
giat lagi, dalam mengantri ada banyak hal yang dapat dimanfaatkan seperti
mengobrol baik itu hanya untuk sekedar tidak kesal menunggu ataupun itu
menambah wawasan pengetahuan, dan masih banyak lagi filosofis dari mengantri
yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu karena memang sungguh tak
terbatas hal yang dapat dipetik dari proses mengati tersebut. Aplikasinya dalam
kehidupan sangatlah penting guna memberikan nilai positif dan ketertiban dalam
bermasyarakat dan perlu diketahui bahwa orang yang disiplin dan beretika sudah
dapat dipastikan ia akan selangkah lebih maju dari orang yang tidak beretika, believe
it!
Sangat setuju
kiranya jika ada pendapat seorang guru di negri sebrang yang teah dibahas pada
awal paragraf bahwa memang pendidikan kedisiplinan dan etika itu jauh lebih
penting dan harus menjadi prioritas dibadingkan pembelajaran calistung.
Alsannya adalah karena pembelajaran calistung hanya
membutuhkan waktu 1-3 tahun untuk bisa sampai menguasainya, sedangkan
pendidikan etika dan kedisiplinan membutuhkan waktu seumur hidup untuk bisa
mempelajarinya dan memahaminya…
Sekian post kali
ini semoga bermanfaat, sungguh dalam karya tulis ini tidak ada sedikitpun unsur
singgungan atau dengan maksud merugikan salah satu pihak, karya kecil ini
hanyalah sebuah ukiran tangan hasil interpretasi pemikiran bocah ingusan yang
sedang mencari jari diri dalam perjalanan hidupnya… kritik, saran yang
membangun sangat dibutuhkan guna meningkatkan isi konten ataupun teknik
penulisan. Salam hangat sampai berjumpa kembali dalam post berikutnya..
Joy,
0 komentar:
Posting Komentar