Jumat, 19 September 2014

CaLisTung dan Etika

Kamis, 11 September 2014

Salam hangat selamat berjumpa kembali para pembaca yang budiman, salam sejahtera semoga selalu tercurah limpahkan dan semoga anda sekalian selalu dalam keadaan yang berbahgia. Pada post kali ini saya terinspirasi oleh sebuah karya tulis ilmiah pada beberapa jejaring sosial yang menerangkan bahwa memberi pelajaran etika dan moral itu jauh lebih penting daripada memberikan pelajaran berupa CaLisTung alias baca tulis dan hitung.
Seorang guru dari negeri sebarang sana pernah menyatakan bahwa “saya tidak khawatir dengan anak didik yang tidak bisa atau telat untuk bisa baca tulis hitung, justru saya lebih menghawatirka kepada mereka yang tidak pernah terbiasa untuk belajar beretika mengantri”. Sekilas, mungkin benar jika belajar tentang calistung itu sangatlah penting, tanpa itu mungkin seorang anak tidak punya modal untuk bekal hidupnya. Namun, jika kita tela’ah lebih dalam lagi, mari kita bandingkan antara belajar beretika mengantri dengan belajar berhitung.
Sebagian bahkan hampir keseluruah orang menganggap bahwa membaca menulis dan menghitung itu sangatlah penting dan harus diberikan atau diajarkan sedini mungkin. Namun pada realitanya banyak orang tua yang memang secara ketat mengajarkan kepada anaknya materi baca tulis hitung namun mereka hampir tidak pernah mengajarkan tentang etika. Misalnya saja, kebutuhan anak akan pembelajaran ditekankan seperti mengikuti les bimbel dan lain sebagainya, namun para anak tersebut tidak di didik untuk bisa jujur dalam pelajaran atau minimalnya saja datang tepat waktu saat bimbel. Dalam skala kecil itu mungkin tidak berpengaruh besar toh karena paradigma berfikir para orangtua yang namanya bimbel itu kita yang bayar dan kita juga yang mengeluarkan uang lebih jadi semau kita dong mau gimana juga. Hal yang seperti itulah bibit atau awal dari tumbuhnya sikap kesewenangan. Padahal disamping dalam memberikan materi, dalam bimbel para peserta didik juga diajari mengenai etika dan disiplin, sayangnya sangat sedikit sekali orang yang menyadari akan hal itu.
Jika diinterpretasikan dalam skala besar, hal-hal kecil yang telah dibahas diatas akan sangat berbahaya bagi kebiasaan anak didik, terutama dalam etika dan kedisiplinan. Contoh kasusnya saja ketika seorang anak telah tumbuh besar dan akan melamar atau bekerja pada suatu perusahaan, mereka yang telah terbiasa tidak diajari etika dan kedisiplinan dari semasa ia kecil akan melamar atau memasuki suatu ruang lingkup kerja dengan cara yang biasanya tidak umum, misalnya saja masuk bekerja dengan cara menyogok dengan uang atau menitipkan jabatan pada rekan atau kerabat yang sebelumnya telah lama bekerja ditempat yang bersangkutan. Jika dengan cara melamarnya saja sudah seperti itu, bisa dibayangkan bukan bagaimana nanti ia dalam kegiatan bekerjanya. Mereka, orang-orang seperti itu akan bekerja sembarangan (apalagi jika missmatch), bekerja hanya karena ingin mendapatkan gaji, bekerja dengan layak hanya jika atasan melihat dan bekerja dengan sembarangan jika tidak ada sidak dari atasan. Jika itu berlajut, apalagi di dalam sebuah kelembagaan negara, dapat dibayankan bukan akan jadi apa negara kita jika orang-orang yang bekerjanya saja seperti itu.
Hal mengerikan barusan yang berimbas pada negeri kita ini hanyalah segilintir contoh studi kasus dalam konteks yang sangat kecil. Maka dari itu, sangatlah setuju jika pembenahan etika dan kedisiplinan perlu ditanamkan selagi kecil, bahkan mungkin penanaman etika lebih harus diprioriaskan ketimbang pendidikan calistung. Misalnya saja dalam mengantri ditempat wahana rekreasi, ketika antrian panjang dihadapi banyak orang tua yang menyuruh anak-anaknya untuk menyerobot dengan berbagai alasan dan metode modus agar mendapatkan antrian paling depan dan tidak mengantri lama. Bahkan, ada pula orang tua yang malah marah-marah ketika anaknya ditergur karena menyerobot antrian dengan berbagai dalih, dan yang lebih parah lagi adalah ketika orang tua memarahi anaknya karena anaknya takut dan tidak mau menyerobot dalam antrian, sangat miris sekali bukan? Memang, itu hanyalah sebuah antrian wahana bermain anak yang mungkin tidak begitu penting, apalagi filosifisnya dalam kehidupan. Namun, sikap yang terlarut dalam antrian itulah yang menjadi pelajaran bagi kehidupan, disana para orang tua yang memaksa anaknya untuk menyerobot antrian secara tidak langsung mendidik anaknya untuk tidak disiplin dan beretika, saat ini mungkin hanya antrian, namun kelak bisa saja dalam sebuah prosedur birokrat lain sebagainya.
Sebenarnya ada banyak hal yang dapat diambil hikmahnya dari proses mengantri tersebut, dalam hal mengatri terdapat pembelajaran yang sangat penting untuk anak-anak usia dini. Beberapa nilai posotof yang dapat diambil dalam proses antrian yaitu bahwa dalam melakukan segala sesuatu harus sesuai dengan prosedur yang berlaku, dalam menjalani suatu hal harus disertai dengan kesabaran, jika ingin mendapatkan posisi paling depan maka harus bisa datang lebih awal atau lebih giat lagi, dalam mengantri ada banyak hal yang dapat dimanfaatkan seperti mengobrol baik itu hanya untuk sekedar tidak kesal menunggu ataupun itu menambah wawasan pengetahuan, dan masih banyak lagi filosofis dari mengantri yang tidak mungkin bisa disebutkan satu persatu karena memang sungguh tak terbatas hal yang dapat dipetik dari proses mengati tersebut. Aplikasinya dalam kehidupan sangatlah penting guna memberikan nilai positif dan ketertiban dalam bermasyarakat dan perlu diketahui bahwa orang yang disiplin dan beretika sudah dapat dipastikan ia akan selangkah lebih maju dari orang yang tidak beretika, believe it!
Sangat setuju kiranya jika ada pendapat seorang guru di negri sebrang yang teah dibahas pada awal paragraf bahwa memang pendidikan kedisiplinan dan etika itu jauh lebih penting dan harus menjadi prioritas dibadingkan pembelajaran calistung. Alsannya adalah karena pembelajaran calistung hanya membutuhkan waktu 1-3 tahun untuk bisa sampai menguasainya, sedangkan pendidikan etika dan kedisiplinan membutuhkan waktu seumur hidup untuk bisa mempelajarinya dan memahaminya…
Sekian post kali ini semoga bermanfaat, sungguh dalam karya tulis ini tidak ada sedikitpun unsur singgungan atau dengan maksud merugikan salah satu pihak, karya kecil ini hanyalah sebuah ukiran tangan hasil interpretasi pemikiran bocah ingusan yang sedang mencari jari diri dalam perjalanan hidupnya… kritik, saran yang membangun sangat dibutuhkan guna meningkatkan isi konten ataupun teknik penulisan. Salam hangat sampai berjumpa kembali dalam post berikutnya..
Joy,

0 komentar:

Posting Komentar

 
;