Sabtu, 06 September 2014

FILOSOFI AIR DALAM KEHIDUPAN

Senin, 1 September 2014

Selamat berjumpa kembali dan salam hangat pada seluruh pembaca budiman yang berbahagia, semoga temen-temen semua selalu berada pada kesehatan sehat walafiat dan selalu ceria (asal jangan senyum-senyum sendiri kaya orang gila aja). Pada kesempatan yang bebahagia ini, izinkan saya untuk menulis satu patah dua patah dan beberapa goresan pada kertas elektrik ini. Tak ada sedikitpun niat untuk menggurui, namun disini kita, temen-temen dan saya akan sama-sama belajar tentang apa yang ada dalam kehidupan ini, karena hidup itu akan semakin bermakna jika kita terus belajar dan berkarya.

Pada topik kali ini, saya akan mencoba berceritera tentang filosofis air dalam kehidupan kita. Kata air sudah tidak asing lagi ditelinga kita, air merupaka benda cair yang selalu ada mendampingi dan kita butuhkan dari semenjak kita didalam rahim sampai kelak kita kembali ke tanah kelak. Mengapa air??? Saya mengambil topik ini karena saya terinspirasi oleh salah seorang guru besar yang kompeten bahkan ahli dibidang air dan per-airan dan segala sesuatunya berhubungan dengan air, yang kebetulan memberi materi kuliah tentang bidang tersebut. Beliau menyebutkan bahwa air banyak manfaatnya, bukan hanya tentang fungsi materi dari air tersebut saja, namun juga filosofis dari sifat air tersbut sangat bermanfaat tentunya bagi kehidupan kita.
Sebelum beranjak ke materi yang beliau sampaikan, saya sedikit akan membahas tentang paradigma pendidik yang berpangkat guru besar dengan pendidik seperti guru SMA dan juga pendidik lainnya yang memang mungkin masih dalam tahap pembelajaran. Ini bukan tentang pangkat atau jabatan yang dimiliki, namun ini tentang paradigma dan pemikiran juga tentang cara penyampaian terhadap peserta didik, lain pendidik lain pula hasil didikannya. Pendidik yang profesional adalah pendidik yang mampun merubah paradigma pemikiran para peserta didik yang tadinya menuntut ilmu adalah kewajiban, menjadi menuntut ilmu merupaka kebutuhan. Lain guru, lain dosen atau guru besar. Para guru (maaf) notabenenya (tidak semua) mereka hanya menyampaikan, mendidik mencetak dan membuat peserta didik akan menjadi sesuai seperti acuan atau kurikulum yang berlaku. Tanpa memperhatikan karakter atau dengan tanpa menanamkan suatu konsep atau paradigma agar para peserta didik faham dan tau tentang arti penting yang sesungguhnya dari pendidikan tersebut. Terjadinya kasus penyimpangan sosial atau pelanggaran peraturan diantaranya adalah karena kurang fahamnya murid tentang pendidikan yang sesungguhnya, dan itu bisa diakbatkan karena para guru yang lalai atau kurang tepat memberikan pengarahan kepada siswa dan siswinya. Beda halnya dengan para guru besar yang bermain dengan teori dan paradigma pemikiran mereka, yang secara tersirat selalu mereka tanamkan kepada benak para mahasiswa mereka, sehingga ada diantara para mahasiswa yang memang terbuka cakrawalanya dan ia menemukan titik terang dalam studinya. Memang, kita tidak bisa memenagkan secara utuh tentang cara atau konsep pembelajaran guru besar tersebut, mungkin juga ditambah potensi yang baik dari mahasiswa itu sendiri dan ditambah pengalaman lapangan yang sangat mumpuni sehingga dengan bekal segudang pengalaman beliau mampu dan tau mana cara yang tepat untuk membenahi dari setiap karakter perseta didik.
Oke, sekilas tentang pengantarnya.. hehhee.. sekarang back to our main topic.. telah dikatakan sebelumnya bahwa air merupakan suatu zat yang memiliki spesialisasi yang tak didapatkan pada zat lainnya. Selain ketika air diberikan kata-kata baik atau doa akan menjadikan partikel air tersebut menjadi indah, disamping itu adapun beberapa karakter air yang filosofisnya bisa diambil untuk manfaat dalam kehidupan sehari-hari… cekidot!
1.      Air menempati ruang/ bentuk air selalu mengikuti wadahnya
Sifat air menempati ruang, jika diterjemahkan dengan filosofis kehidupan dapat berarti bahwa kita harus dapat hidup dan menyesuaikan diri dimanapun kita berada. Dapat diterima ditempat dimana kita hidup dan menetap, pandai bersosialisasi sehingga tidak membuat masyarakat sekitar ditempat yang kita tinggali itu terganggu, justu mereka akan merasa kehilangan jika kita tinggalkan. Sikap menempati ruang ini merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh para peserta didik, karena dengan demikian para peserta didik dapat diterima diseluruh lapisan masyarakat dan tidak hanya di lingkup sekolah saja.
2.     Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah
Sikap ini merupakan suatu sikap dimana ketika kita telah meraih penghargaan tinggi, atau memiliki ilmu tinggi, termasuk telah menjadi pejabat tinggi, kita masih bisa legowo, ramah tamah, rendah hati tanpa merendahkan diri. Sehingga ilmu yang kita dapatkan bisa kita manfaatkan dan kita amalkan serta bisa diterima diseluruh lapisan masyarakat. Biasanya, suatu ilmu atau paradigma seseorang tidak bisa diterima di masyarakat dikarenkan orang tersebut dianggap terlalu tinggi kelasnya (High Class) pada lapisan masyarakat yang bersangkutan. Jika kita menganut prinnsip sifat air ini, mungkin saja masayarakat dapat dengan mudah menerima paradigma atau pemikiran kita tanpa adanya rasa perbedaan kelas tersebut.
3.     Air merupakan salah satu zat yang jika dipadatkan akan mengapung
Dapat dibayangkan bukan? Jika air membeku tidak terapung dipermukaan namun malah tenggelam ke dasat. Bagaimana nasib ikan-ikan yang ada dikutub sana? Meungkin sudah mati dan punah. Bagaimana jika kita membeli jajanan es yang ketika es batu dimasukan namun tenggelam dan membekukan seluruh partikel zat air tersebut? Mungkin kita tidak bisa menikmati jajanan tersebut. Tuhan, telah menciptakan segalanya dengan berbagai mukzizat didalamnya, termasuk pada spesialisasi air disini yang tidak bisa ditemukan pada zat lain. Proses pengambakan zat cair yang dipadatkan terjadi karena pengurangan masa jenis dan merenggangnya partikel pada zat cair tersebut, sehingga membuat es (hasil dari pembekuan air) seolah semakin membesar bentuknya dan bisa terapung diatas permukaan air.. sangat menakjubkan sekali..
4.    Air sebagai zat pelarut/ zat penghantar/ pembangkit energi
Merupakan sebuah pelarut yang bisa mebuat benda bergerak (perahu nelayan tradisional, sampan, kincir angin dsb) dan juga bisa membuat terlarutnya zat lain didalam air tersebut (kopi, the, gula, susu dsb). Disamping itu air juga bisa menjadi zat penghantar aliran listrik (konduktor) dan juga sebagai pembangkit energi, yaitu energi yang dihasilkan air dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan aliran listrik. Senada dengan pemaparan sifat air, filosofis air yang dapat diambil pada sifat kali ini yaitu kita hidup harus mampu membimbing, menghantarkan, atau setidaknya membuat orang lain yang membutuhkan itu menggapai angan yang dimaksud (selama masih ke arah yang positif). Karakter seperti ini cocok sekali dengan pendidik yang profesional. Karena seorang pendidik yang profesional itu dapat menjadikan peserta didiknya yang tadinya tidak tau menjadi tau, yang tidak faham menjadi faham, dan dapat menunjukan jalan kemana peserta didiknya akan melangkah guna menggapai apa yang menjadi tujuan, dambaan atau impiannya. Lain halnya ketika hanya menjadikan seorang peserta didik mendapatkan nilai bagus, itulah sesungguhnya hal yang sangat dikhawatirkan.
5.     Air bisa merambat melalui celah dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi (hukum kapilaritas)
Jika air selalu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah, pada hal ini air pun dapat melakukan hal sebaliknya, yaitu merambat melalui celah atau pori kecil dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi (hukum kapilaritas). Dalam kehidupan, kita harus mampu mencontoh sifat air tersebut, dalam terjemahannya pada kehidupan kita tidak boleh kehabisa akal untuk menggapai angan yang telah kita gantungkan sebelumnya, setinggi mungkin, dan percaya! Banyak jalan menuju “roma” (siapa juga yang mau ke roma, yah..) usaha dan doa yang selalu kita lakukan dan panjatkan tidak akan pernah menemukan jalan buntu atau kesia-siaan, yang ada hanyalah belum saja waktunya kita untuk mendapatkan hal tersebut, bisa saja jika kita mendapatkan hal tersebut belum pada waktunya, yang ada kita bukanlah bahagia namun malah tersiksa bahkan sengsara. Ibarat seorang balita yang pengen mengenakan sepatu orang dewasa dengan nomor sepatu yang berukuran besar, memang bisa saja ia memakainya, namun efek yang ditimbulkan karena belum saatnya memakai sepatu untuk orang dewasa itu adalah kaki lecet, mungkin saja tersandung dan jatuh dan lain sebagainya, jadi untuk mereka yang selalu berusaha tetap tenang dan be a positive. Semua telah tuhan siapkan seindah mungkin, jika kalian bertanya “kapan?” Maka, jawabannya adalah jika telah waktunya. Dan jika kalian bertanya lagi “kapan waktunya?” maka jawabannya jika nanti telah tepat dan pas. Dan jika ada lagi yang bertanya “kapan waktu yang pas itu?”. Maka silahkan tanya pada diri anda sendiri, sudahkan anda mempersiapkan diri anda sendiri? Kualitas, kemampuan, wawasan, paradigma, ketahanan iman untuk mendapatkan itu semua? Jika jawabannya “YA, SAYA SIAP!”. Maka itulah waktunya yang tepat. Namun jika tak kunjung datang jua, sepertinya anda keliru tentang kesiapan anda tersebut, silahkan cek kembali siapa tau ada sesuatu yang tertinggal.
6.    Permukaan air selalu rata
Entah itu dilaut, danau, rawa, sungai, solokan, kolam, akuarium bahkan pada cangkir atau gelas, permukaan air selalu rata, tidak peduli berapa besar sudut kemiringan (elevasi) yang menjadi wadah air tesebut, permukaan air akan selalu datar, rata tenang dan mendamaikan hati (cieelah..). Dalam hal ini pada realita kehidupan kita harus mampu untuk menyetarakan atau mensejajarkan diri kita sendiri dengan lingkungan sekitar, tidak peduli status ekonomi, pangkat, tahta, jabatan, gelar yang telah kita raih, kita harus bisa menyetarakan dengan lingkungan dimana tempat kita tinggal. Erat kaitannya dengan sifat air yang pertama yaitu menempati ruang, pada hal ini juga tujuan utamanya adalah agar seluruh lapisan masayarakat yang ada disekitar kita merasa nyaman dan tidak canggung, apalagi ketika kita telah menjadi pejabat berwenang, masayarakat tidak canggung untuk mencurahkan aspirasinya kepada kita, dan tidak seolah dibentengi oleh sebuah tembok yang membedakan strata kita, yang berimbas pada pengucilan dan ketidak terbukaan, antara kita dan masyarakat sekitar. Lagi-lagi hal ini juga seharusnya dimiliki oleh para peserta didik guna mengidentifikasi dan mengklasifikasikan para perserta didik agar mendapat perlakuan yang tepat dalam pembenahan mental dan kepribadiannya.
7.     Air bisa menembus bahkan sampai ke pori terkecil
Sifat air yang satu mendefinisikan bahwa dalam relaita kehidupan yang kita jalani, pantang kita menyerah dan kita harus tegar dalam menghadapi realita kehidupan ini. Man Jadda Wa Jadda! Kata itulah yang sangat tepat untuk mendampingi sifat air yang satu ini. Kata sakti yang memiliki arti “siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil” itu merupakan salah satu filosofis air yang sangat sekali patut kita tiru dan merealisasikanya dalam kehidupan kita. Menembus bahkan sampai ke pori terkecil pada batasnya, merupakan suatu karakter pantang menyerah dalam berusaha dan tetap berfikir untuk mencari celah mana yang memang merupakan kapasitas diri kita agar kita dapat menembusnya. Dalam kehidupan, banyak permasalahan yang diprediksikan itu termasuk kedalam kategori permasalah berat dan sangat sulit bahkan tidak bisa untuk dipecahkan. Percayalah, tidak ada sebuah permasalahan yang tidak ada jalan keluarnya. Semua permasalahan telah satu paket diciptakan dengan penyelesaiannya, perkara kita tidak mengerti atau sulit memecahkannya itu semua bukan berarti kita tidak mampu untuk memecahkannya, namun hanya saja kita belum waktunya, bisa saja karena pada saat itu fikiran kita terlalu tegang karena sedang menghadapi suatu permaslahan, sehingga tidak bisa menemukan titik temu. Itulah mengapa, ketika kita sedang mengalami permaslahan kita tidak dianjurkan untuk langsung memecahkannya saat itu juga, dikhawatirkan yang ada bukan penyelesaian maslah, malahan huru-hara akan semakin besat karena kita mengikutsertakan nafsu dan emosi kita dalam pemikiran jalan keluar permasalahan tersebut. Dan itu juga sebagian alasan kenapa manusia disebut dengan makhluk sosial, karena pada prinsipnya manusia tidak bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri apalagi ketika fikiran depressi karena menghadapi dinamika kehidupan yang dianggap terlalu keras bagi fikirannya. Sharing, bertukar fikiran atau kalau pemuda jaman sekarang trend menyebutkan dengan kata curhat merupakan salah satu cara ideal untuk menambah wawasan guna menghadapi arus deras dinamika dalam realita kehidupan ini atau mungkin juga hanya sekedar melepas kekesalan hati.
Demikianlah sedikit curahan hati saya ketika mendapatkan penerangan atau inspirasi dari salah seorang guru besar yang telah memberikan perkuliahannya. Semoga catatan kecil ini bisa bermanfaat, syukur-syukur dapat memberikan penerangan dan inspirasi bagi para pembaca, dan juga bagi saya sendiri selaku penulis pada umunya. Ketika saya banyak menyinggung tentang para pendidik, itu dikarenakan saya juga sebagai calon pendidik dan memang tanggung jawab dari pendidik itu sendiri sangatlah fatal atau beresiko besar? (High Risk), dan sama sekali tidak ada sedikitpun unsur menyiggung para pendidik. Mohon maaf sekali jika konteks isi dan tata cara penulisan masih sangat kurang, karena saya sebagai penulis masih dalam tahap pembelajaran, kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan guna meng-upgrade kemampuan saya baik dalam teknik penulisan maupun konten atau isi dari catatan ini.
Sekian untuk pertemuan kali ini, salam hangat sampai berjumpa kembali pada catatan berikutnya. J

Joy…


0 komentar:

Posting Komentar

 
;