Senin, 13 April 2015
Selamat datang kembali para
pembaca blog yang budiman, juga baik, juga cantik, juga cakep dan kalo jika
tidak termasuk kedalam kategori yang telah disebutkan mungkin bisa jadi anda
adalah dari salah satu yang diragukan. Puji syukur selalu kita panjatkan karena
pada kesempatan kali ini kita bisa berjumpa kembai dalam keadaan sehat wal
afiat meski tidak saling tatap muka namun dengan media ini semoga kita bisa
saling kenal (kalo butuh nomor HP ada ko di keterangan, hehe). Mohon maaf
sebelumnya pada kesempatan kali ini saya baru sempat kembali meneruskan catatan
iseng pada blog saya yang mungkin sudah usang, banyak sarang laba-laba bahkan mungkin
udah jadi markas gelandangan dan gepeng. Namun diluar itu semua, semoga dengan
diawalinya kembali postingan kali ini menjadi suatu starter yang nantinya secara
kontinyu dapat terus menerus menjadi seorang penulis yang baik dan handal, dan
juga tentunya disukai banyak orang, sebab percuma jika handal namun tidak ada
yang suka.
Sudah cukup rasaya untuk
basa basi busuknya, melepas rasa rindu yang menggebu kepada para blogger dan
juga sahabat dunia maya tercinta. Pada kesempatan kali ini ijinkan saya berbagi
suatu pemikiran, ide atau gagasan mengenai Linieritas
Pendidikan dan Hoby, semoga dengan adanya catatan ini bisa membantu para
sahabat khususnya para sahabat yang seadang mengenyam bangku Sekolah Menengah Atas
dalam memutuskan serta mempertimbangkan terkait pendidikan lanjutan yang biasanya
menjadi acuan untuk masa depan dengan hoby yang kadang tidak sejalur dengan pendidikan
tersebut. Sebelumnya selamat menempuh UJIAN NASIONAL untuk para sahabat tingakt
SMA yang sedang melaksanakannya, semoga ujian yang dihadapi dan hasil yang
dituai sesuai dengan apa yang diinginkan, SEMANGAT!!!!!
Oke Lets Strart. Masa remaja merupakan masa dimana manusia
sering merasakan dilema, entah itu dilema tentang perasaan, karir, lanjutan
pendidikan, hoby, dan juga masih banyak lainnya. Bagaimana tidak, karena masa
remaja ini merupakan masa dimana kita masuk kedalam sebuah kehidupan semi-serius, dan dalam fase ini bukan
saatnya lagi main-main atau bersenang-senang tidak karuan seperti halnya ketika
setara umur anak SMP dan SMA. Namun tak heran masih banyak diantaranya ketika
memasuki fase dewasa ia masih saja memelihara kebiasaan seperti waktu dimana ia
masih duduk di bangku SMA, (untuk kasus ini akan dibahas lebih lanjut pada catatan
selanjutnya…).
Banyak remaja yang sangat kebingungan
ketika melepas masa SMAnya, pada mulanya mungkin saja bahagia karena terlepas
dari jeratan peraturan sekolah yang seakan memenjarakan jiiwa. Namun perlu diketahui,
percaya atau tidak masa SMA adalah masa-masa yang paling indah, masa dimana
terjadinya pubertas, masa se-bebas bebasnya, dengan beban kehidupan yang
cenderung ringan dan juga sekaligus masa dimana seseorang akan menetukan mau
dibawa kemana masa depannya kelak. Selepas itu, kebanyakan dari mereka
kebingungan antara lanjut pendidikan atau tidak, antara bekerja atau merantau
mencari pengalaman, dan sebagian dari mereka juga sangat kebingungan ketika
akan melanjutkan pendidikan, melanjutkan kemana dan mau jadi apa dimasa depan
kelak, itu masih menjadi sebuah kecemasan yang menghantui.
Para remaja kebanyakan
merasa ketakutan, ketika mereka akan melangkah untuk menetapkan masa depannya, ragam
alasan banyak dilontarkan, dari mulai ketakutan salah masuk jurusan ketika
melanjutkan ke bangku kuliah, ketakutan akan kegagalan ketika akan membuka
usaha, dan ketakutan tidak memiliki teman atau tidak ada yang membantuk ketika
masuk kedalam dunia masyarakat yang sebenarnya dan lain sebagainya, sampai pada akhirnya seseorang hanya diam tidak
menjadi apa-apa dan menyiakan kesempatan dalam hidupnya hanya karena dia terlalu
ketakutan untuk melakukan suatu hal. Memang cukup rasional ketika
memikirkan ketakutan-ketakutan tersebut, namun apakah mereka tidak sadar justru hal yang seharusnya ditakuti itu
adalah ketika ia mulai merasa takut untuk memulai sesuatu yang pada akhirnya ia
menyiakan kehidupannya yang sangat berharga hanya karena suatu alasan konyol,
yaitu “takut”.
Pada dasarnya memang sangat
baik jika teliti sebelum menentukan kemana akan melangkah, namun akan sangat
menganggu ketika timbul rasa takut yang tidak wajar (berlebihan). Berdasarkan hasil
survey pengalaman beberapa rekan, dapat ditarik sebuah asumsi, ketika para
sahabat bingung galau atau dilema dengan sebuah pilihan khususnya ketika akan
melanjutkan pendidikan, janganlah memilih
mana yang terdekat dengan rumah, atau mana yang terlihat mudah, atau mana yang
terlihat prospeknya menjanjikan namun tidak disukai, apalagi kalo hanya
bermodalkan karena ada teman yang masuk jurusan tersebut, semua itu hanya
akan membuat pendidikan yang ditempuh seakan sia-sia (walau pada dasarnya tidak
ada yang sia-sia di bumi ini). Ada beberapa argumen, mengapa sahabat tidak
boleh memilih dari hal-hal yang telah dicantumkan diatas tersebut, diataranya:
Ketika memilih lokasi yang
dekat dengan rumah, sahabat cenderung kurang memiliki wawasan yang luas,
lingkungan yang ditempati itu-itu saja, orang yang dijumpai itu-itu juga
sehingga akan mempersempit relasi karena tidak bertemu orang-orang yang baru. Ketergantungan
terhadap keluargapun menjadi salah satu hal tidak baik, ketergantungan tersebut
bisa menyebabkan sahabat menjadi kurang mandiri dan sulit untuk beradaptasi ketika
berada jauh dari keluarga. Lain halnya ketika lokasi yang ditempati untuk
menempuh pendidikan cukup jauh dari tempat tinggal semula, dengan catatan
lingkungan yang mendukung untuk edukasi, dan dapat membuat nyaman, karena
lingkungan merupakan salah satu faktor yang memiliki persentase besar dalam
menetukan keberhasilan dalam pendidikan. So,
buat para sahabat yang akan tinggal ditempat dan lingkungan yang baru,
diusahakan se-update mungkin searching mengenai tempat tersebut.
Selanjutnya adalah memilih
sebuah kampus atau PT yang terlihat mudah, baik itu dalam proses pendidikannya
maupun ketika proses kelulusannya. Perlu diketahui, mudah saja tidak cukup
untuk menjadi seseorang dengan kompetensi yang berkualitas. Terkadang justru
ketika memilih suatu lembaga yang “mudah” alih-alih kita tidak dididik menjadi
berkualitas dan malah justru kita menjadi sampah edukasi yang hanya memiliki
ijazah tanpa kompetensi. Gantilah keyakinan dari menggunakan ijazah untuk mengejar (melamar) pekerjaan menjadi membina diri menjadi berkualitas
(meningkatkan kompetensi) sehingga dikejar oleh pekerjaan, bukankah orang
yang memiliki kemampuan akan selalu mendapatkan pekerjaan terkait bidang yang
dikuasainya?
Memaksakan masuk ke sebuah
jurusan atau kampus yang hanya mengandalkan prospek kerja yang menjanjikan
namun kurang disukai juga bukanlah suatu pilihan yang baik. Biasanya orang-orang
dengan awal yang seperti itu mengalami gangguan kuliah, misalnya malas kuliah
karena memang pada dasarnya tidak suka jurusan yang sedang dijalani, sehingga tidak
menyelesaikan studinya dengan baik, dalam tingkat yang sangat tinggi kasus
seperti ini bisa mencapai DO (Drop Out).
Adapun ketika telah menyelesaikan studinya, namun tetap saja ia tidak menyukai
bidang kajiannya, maka dalam bekerja orientasi yang dikejar adalah penghasilan,
bukan bekerja secara maksimal namun bekerja se-ala kadarnya yang penting
mendapatkan gaji. Orang-orang yang bisa menikmati pekerjaannya adalah mereka
yang bekerja dengan menganggap bahwa pekerjaan yang mereka tekuni itu adalah Hobi yang dibayar.
Alasan melanjutkan studi karena
mengikuti teman adalah yang paling konyol diantara keseluruhan, karena sungguh
tidak akan pernah bisa mendapatkan masa depan yang baik hanya dengan membuntuti
seperti itu. Meski terkadang ada diantara sahabat yang sukses karena pada
mulanya mengikuti rekan, itu semua hanya ada pada skala hitungan yang amat
kecil persentasinya. Usahakanlah menghindari hal sangat konyol ini, kecuali
jika memang disiplin ilmu yang akan ditekuni cukup disukai.
Pilihlah suatu kajian
bidang studi atau bidang disiplin ilmu yang sangat disukai, meski banyak yang
mengatakan bahwa ketika sahabat menekuni bidang tersebut hanya memiliki peluang
kerja kecil atau prospek yang kurang menjamin, sahabat memiliki point plus
dengan menyukai disipin ilmu tersebut. Sama halnya dengan masalah perasaan,
ketika sudah cinta atau sayang maka semuanya seakan dibutakan, begitu juga
tentang sebuah keputusan menekuni suatu bidang kajian, ketika telah terlanjur
menyukainya maka yang orang lain katakan sulit akan sangat mudah mendalaminya. Bahkan
ketika telah beranjak ke dunia pekerjaan, meski peluang kerja amat sulit namun
sahabat akan dengan mudah memenangkan persaingan tersebut secara sehar, karena orang-orang
yang melakukan sesuatu berdasarkan rasa “suka” cenderung akan memiliki kualitas
tinggi, dan mengalahkan orang-orang yang justru berprestasi di bidangnya. Trust me, its work!
Bukankan ketika kalian benar-benar menyanyangi seseorang atau sesuatu,
kalian tidak mau mengecewakannya dan akan berusaha sekuat tenaga berbuat dan
menjadi yang terbaik untuknya?! *begitu pula dalam hal pendidikan dan
pekerjaan.
Dan bagi sahabat yang telah
terlanjur menekuni kajian disiplin ilmu namun tidak begitu menyukai dan
memiliki hoby yang lain, lanjutkanlah, selesaikanlah sampai benar-benar selesai.
Sahabat dapat terus melanjutkan studi yang sedang ditekuni dengan tanpa mengurangi
atau bahkan mengorbankan hoby yang sahabat miliki. Sungguh, tidak ada yang
sia-sia karena bisa jadi ketika sahabat menekuni disiplin ilmu yang telah
terlanjur dijalani sahabat menemukan orang-orang hebat yang memberikan
inspirasi sehingga dapat mengembangkan hoby yang dimiliki. Bisa jadi ketika
sahabat menekuni kajian ilmu yang telah terlanjur dijalani, disitu sahabat
menmukan jalan untuk menuju pencapaian hoby yang selama ini menjadi dambaan. Sungguh, tidak ada yang sia-sia di muka
bumi ini kecuali ketika kita terlalu takut untuk memulai sesuatu dan hanya
memikirkanya saja dengan pertimbangan rasa takut!
Nampaknya tidak terasa
ternyata sudah panjang lebar dalam berceritera, mungkin cukup diakhiri sampai
disini saja catatan kali ini, semoga memberikan informasi, wawasan, pengetahuan,
inspirasi, dan kalaupun catatan ini tidak memberikan apapun setidaknya semoga catatan ini bisa menghibur,
minimal bisa membuat bibir para sahabat sedikit tersenyum malu-malu. Untuk para
sahabat yang kurang paham bisa tanya lebih lanjut, kita share secara terbuka, dan
juga buat sahabat yang mau mengkritik dan memberikan saran yang membangun
sangat sekali ditunggu ya… Saya Joy sampai jumpa kembali sampai bertemu lagi
pada catatan berikutnya…
Joy
0 komentar:
Posting Komentar