Senin, 22 Juni 2015

Yang Penting Prosesnya…

Senin, 22 Juni 2015
Selamat berjumpa kembali para sahabat pembaca yang budiman, semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat dan selau diberi kmudahan dalam langkahnya menuju apa yang dimaksudkan, aamiin.

Telah lama kita tak berjumpa, entah itu sahabat yang mungkin telah mendapatkan kesibukan sehingga mungkin waktunya yang tersita dan tak sempat bersilaturahim untuk mengunjungi blog saya atau mungkin saya yang jarang kembali memposting catatan (kalau saya cenderung kepada argumen yang kedua, ehehee). Kendati demikian meski kita jarang berjumpa atau bahkan tak pernah bertatap muka, kita tidak melewatkan kesempata bersilaturahim yang dapat dimanfaatkan pada fasilitas diary online ini alias blog, semoga para sahabat bisa terhibur ketika membaca setiap postingan pada blog ini dan meski mungkin kebanyakan catatan pada blog ini tidak banyak membantu setidaknya ini tidak merusak pengelihatan para sahabat pembaca. Oh iya bagi para sahabat yang kebetulan pemeluk agama islam seperti saya selamat menunaikan ibadah puasa 1436 H, semoga puasanya berkah dan mendapatkan pahala yang berlimpah, bukan hanya mendapatkan haus lapar dan dahaga saja, dan juga shalat malam tarawihnya semoga tidak ada yang bolong alias bolos, hehehe. Untuk para sahabat pembaca diluar agama islam semoga di bulan ini mendapatkan inspirasi baru dalam menjalani hidupnya sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih baik di hari esok dan hari berikutnya yang akan datang.
Pada kesempatan kali ini ijinkan saya untuk menceritakan sedikit pengalaman yang memang mungkin jika dipendam akan sangat mengganggu dan membuat saya sulit untuk tidur, itupun jika tidak mengantuk, ehehee.. hal yang akan saya bahas pada kesempatan kali ini adalah tentang sebuah paradigma atau keyakinan, atau mungkin lebih tepatnya sugesti, atau juga mungkin quote yang menjadi pegangan hidup.
Dalam kehidupan yang saya arungi, saya berpegang teguh pada salah satu prinsip yang bunyinya kurang lebih seperti ini “yang penting itu adalah proses pengerjaannya, hasil hanyalah sebuah reward yang didapat ketika kita telah mengerjakan sesuatu hal tersebut. dan percayalah bahwa hasil tidak akan pernah menghianati prosesnya”. Sebuah quote yang keren bukan? dan saya pikir cukup bijak untuk bisa membuat orang lain berdecak kagum ketika membacanya, namun banyak juga orang-orang yang kurang sependapat atau bahkan bertolak belakang dengan kalimat tersebut. Beberapa dari sekian banyak mengatakan bahwa kalimat tersebut terlalu naif, karena dimana-mana orang membutuhkan hasilnya, dan banyak yang justru melewatkan proses, karena yang dipakai adalah hasil akhir bukan prosesnya, contohnya saja sekolah, para siswa pasti mengejar nilai yang menjadi hasil akhir ketimbang seberapa ilmu yang didapat, memang tidak semua seperti itu tapi itulah mayoritas.
Kalimat sanggahan diatas jelas mengganggu sekali pemikiran saya, karena itu bertentangan sekali dengan faham yang saya anut, namun saya tidak banyak memikirkannya karena itu hanya akan menyita waktu berharga saya, saya anggap itu hanyalah perbedaan pola pikir dan pandangan hidup saja, mungkin…  Baru-baru ini saya mendapatkan sebuah realita yang menguji keyakinan saya, dan itu adalah pengalaman saya sendiri langsung tanpa mediator, bukan kabar burung, apalagi kabar dinosaurus, ini asli saya alami sendiri.
Mungkin tidak perlu diceritakan detailnya, ditakutkan ada pihak atau personal yang tersinggung dan marah, saya disini tidak menginginkan hal itu terjadi karena catatan ini hanyalah media sebagai ajang share pengetahuan dan wawasan guna akan meningkatkan kebijakan kita dalam menghadapi hari esok dan selanjutnya, bukan untuk ajang mencari musuh apalagi menceritakan aib orang lain. Garis besarnya seperti ini, beberapa hari kebelakang saya bekerja keras untuk mengerjakan suatu project yang memang saya sangat tidak bisa sama sekali menguasainya, dan juga tutor yang kebetulan menjadi penanggung jawabnya juga tidak bisa memapah dan membimbing dengan baik, alhasil saya harus bekerja keras tanya sana tanya sini untuk dapat mengerjakan project itu dengan cukup baik. Sebenarnya project itu bersifat kelompok, yang artinya tidak hanya saya yang berada dalam project tersebut, namun juga melibatkan beberapa orang yang kebetulan menjadi partner saya. Diceritakan kedua partner saya kebetulan adalah orang-orang yang bisa dibilang orang sibuk dan memang memiliki kesibukan tersendiri namun yang bersifat individual.
Dengan kerendahan hati dan semangat yang membara, saya kerjakan project itu sendiri dengan modal tanya sini tanya situ serta mengorbankan jam tidur malam saya sampai-sampai saya terkapar lemas dan terganggu kesehatannya untuk beberapa waktu, namun itu tidak menjadi masalah, justru saya semakin semangat dalam mengerjakan project tersebut. Sampai pada akhirnya project itu selesai dan saya memberi label project itu dengan nama saya sendiri, kerena saya pikir saya yang bekerja dan partner saya hanya membantu dalam hal finishingnya saja, namun justru itu menjadi konflik internal yang akhirnya saya memberikan label nama mereka pada masing-masing setiap project, saya pikir itu tidak masalah karena saya masih meyakini bahwa ‘Hasil tidak akan pernah menghianati prosesnya’. Namun saya terkejut ketika pembagian reward, yang mendapatkan reward tinggi justru partner saya yang saya pikir mereka jelas-jelas sibuk dengan pekerjaan mereka sendiri yang menguntungkan mereka masing-masing, lantas apa yang bisa saya perbuat???
Mungkin kodrat manusia, pertama menyikapinya saya emosional dan tidak bisa membendung amarah saya, jelas-jelas saya hampir mengorbankan hidup saya dengan mengabaikan istirahat malam saya sampai-sampai saya jatuh sakit dan ini yang saya dapat? Bahkan reward yang saya dapatkan tidak setengahnyapun dari jerih payah yang telah saya kerjakan (pikir saya). Saya bimbang, saya bingung dan saya seakan kehilangan arah, saya hampir saja membunuh diri saya sendiri dengan tidak akan percaya lagi dengan yang namanya mementingkan proses dan seolah tidak penting akan hasil. Apa yang saya dapatkan jika seperti itu? Hasil dari jerih payah saya dengan sangat mudah mereka dapatkan yang bahkan merekapun tidak melakukan apa-apa, saya kecewa, saya sakit dan saya seakan ingin mengutuk orang yang membuat saya kesal. Entah terhadap siapa saya seharusnya menumpahkan rasa kecewa saya, yang jelas saya tidak menerima ini semua, ini tidak adil!!!! Ini terlalu subjektif, hanya karena sang pemberi project memiliki relationship lebih dekat dengan mereka lantas mereka mendapatkan reward yang seharusnya tidak mereka dapatkan.. entahah, saya berdoa dalam keheningan malam kepada tuhan, dan bertanya “apakah hidup memang sekejam ini, tuhan?” ah sudahlah, saya mungkin hanya terlalu lelah. . . .
Setelah pikiran saya kian dingin dan fresh, saya berpikir kembali… Mugkinkan ini cara Tuhan untuk mengujiketeguhan hati saya? Mungkinkah ini cara Tuhan untuk mengajarkan saya agar lebih ikhlas? Mungkinkan Tuhan ingin mengejarkan saya ikhlas yang sebernarnya? Mungkinkah ini cara terbaik bagi saya agar saya dapat menjadi jauh lebih baik? Apakah ini cara Tuhan untuk membangun motivasi saya agar saya tidak menyia-nyiakan kesempatan dimasa yang akan datang? Apakah….. dan masih banyak lagi hal positif lainnya yang bertebaran dalam benak saya, dan kini saya semakin teguh dan yakin bahwa 
“HASIL TIDAK AKAN PERNAH MENGHIANATI PROSESNYA, DAN INI ADALAH CARA TUHAN UNTUK MEYAKINKAN SAYA BAHWA PRINSIP YANG SAYA ANUT ADALAH BENAR!!!!!!!”

0 komentar:

Posting Komentar

 
;