Road to Dieng..

Sabtu, 11 Februari 2012

Akhirnya satnite tiba juga, dan kini merupakan saatnya bagi kaum muda mengajak pasangannya untuk menikmati angin malam dan indahnya dunia malam. Alhamdulillah aku juga mearasakan hal yang sama, aku dengan sukses berhasil melakukan mamingan di dalem kamer aja, yaa di dalem kamer udah cukup anget buat aku, karena keluar malem itu dingin dan kagak enak loh, konon juga katanya angin malam itu kagak baik buat kesehatan tubuh. Yahh whatever about nite, yang jelas aku kurang suka keluar malem...

Eniwei, aku baru aja pulang dari dieng beberapa hari yang lalu, yahh karena ada kegiatan praktikum beberapa mata kuliah yang diselenggarakan oleh kampus dan waktunya tepat banget pas liburan. Tadinya sih aku udah pesimis kagak bakalan ikut cuz penyakit astma yang udah lama kagak nongol saat itu tiba² nyatronin gitu aja, aku juga uda siap dengan koleksi catetan baru aku yang akan aku tulis dengan judul “Road to Dieng Just a Dream for Me”, but semuanya berjalan dengan lancar dengan izin yang maha kuasa dan dengan diiringi oleh keiringan luhur supaya berkehidupan berbangsa dan bernegara (kaya alinea UU aja) maka akupun mengikuti kegiatan praktikum dengan lancar dan selamat kembali sampai ke rumah tercinta.

Aku berangkat dari kampus pada tanggal 7 Februari rencananya sih jam 07.00, tapi emang dasar orang endonesa, ngaret 2jam masih dianggap wajar, kemudian kamipun resmi berangkat sekitar jam 8 lebih. Awalnya aku gak akan ikut, karena aku berangkat dari rumah pada hari senin dengan keadaan sakit yang cukup parah, namun keadaan itu berangsur membaik ketika aku hendak berangkat pada hari selasa, entah itu karean fikiran aku yang cukup optimis untuk bisa sembuh kembali atau bisa juga karena orang tua aku yang komat kamit kagak henti ngdo’a buat anaknya yang aneh ini, hihi. Well, akupun sembuh pas perjalanan dimulai.

Pesan singkat : Ternyata sugesti buat sembuh yang sangat kuat itu bisa membantu kita cepet sembuh dari sakit, pengaruh yang disebabkan oleh sugesti itu mencapai 70% loh..

Perjalanan pun dimulai, sejauh ini ga ada keadaan yang aneh yang membuat tingkah konyol, semuanya tentram aman damai, dari mulai supir yang tenang menyetir bus (saking tenangnya jadi nyetirnya sambil baca Koran gitu, hehe), kondektur yang cukup baik meskipun dia tetep marah² gak jelas ketika aku coba pukul pake batu dari belakang, huehue. Temen² akupun gak ada yang bertingkah macem², mungkin karena masih pagi, dan belum saatnya bertingkah konyol, mereka duduk manis dan menikmati perjalanan dengan sangat khidmat, ada yang sambil dengerin lagu, sambil baca komik, sambil bakar², sambil tawuran dan ada juga yang sambil ngegergaji kursi bus (lumayan kan, kebetulan dirumah kekurangan kursi) haha. Setelah menaikkan salah satu temen aku dijalan (karena dia naik dari rumahnya di ciamis), kita kembali melanjutkan perjalanan ke “dieng”, pemberhentian pertama kita berhenti di Rumah Makan Mergo, yaaah udah langganan tiap tahunya kita pasti berhenti di ini tempat. Setelah selesai ISHOMA kamipun melanjutkan perjalanan menuju tempat wisata pertama.

Pukul 15.30, kami tiba di “waduk mrica” salah satu tempat observasi perrtama yang kami kunjungi. Disini terdapat waduk yang cukup besar konon disinilah sumber pembuatan merica di seluruh dunia, heheh, waduk ini menjadi sumber energy PLN (PLTA) yang kebetulan ada di sekitar waduk, waduk ini juga merupakan tempat masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi, dan masih banyak lagi fungsi dari waduk ini, yang jelas waduknya kagak bisa dipake mancing, bisa juga sih dipake mancing tapi kayanya ampe bulu ketek panjangnya 7meter juga gak akan dapet tuh yang namanya ikan, keculai kalo mau mancing emosi orang lain, nah tinggal timpukin aja pengelola waduk, kamu akan sukses mancing emosi dan dikejar warga sewaduk. Setelah puas gebukin warga sekitar (loh), kamipun melanjutkan kembali perjalanan pada jam 16.30, kali ini kami menuju dataran tinggi dieng atau dieng plateu atau apa ajalah terserah asal jangan panggil pantey dieng aja. Kami disini langsung chek in ke penginapan pas adzan magrib berkumandang. Pertama kali aku nginjekin kaki di daratan sedingin ini, kaya dikutub (emang pernah ke kutub gitu?), gak nahan dengan suhu yang ada (konon suhunya bisa mencapai -3^oC loh,, gilak serasa dikulkas. Akupun langsung membawa barang²ku ke home stay (home stay itu semacam penginapan yang di sewakan warga untuk para pendatang asing, iah bisa juga dibilang usaha gitu deh, usaha home stay, usaha ini uda dapet izin langsung dari presiden kita loh).

Boro² mandi, ngijek lantei pun dinginnya kaya direndem di tumpukan es batu, brrrrrrr.. oke, kegiatan male mini mungkin aku habisin buat diem di kamer diselimutin oelh beberapa lapis karpet dan temen²nya, ini boro² mau diskusi yang ada juga maunya ngerengkol aja, hihiii. Keesokan harinya, aku terbangun dan Alhamdulillah aku panjatkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa karena mpe detik ini aku masih diberi kehidupan (yaa meskipun semalem sempet kambuh astmanya, but its no problem, buktinya mpe sekarang kan aku masih idup, hihi). Jam 7 tepat kita langsung take off menuju ke tempat observasi ke dua, yaitu lok ulo (samar² lupa sih yahhh, yang jelas pokoke namanya itu, lupa-lupa-lupa, wkwwkwkw). Konon bangunan ini katanya peninggalan tokoh pewayangan mahabarata yang melegenda dan pernah ada pada jaman antah berantah kapan itu waktunya aku lupa lagi. Disini merupakan sebuah mata air, dahulu katanya “Bima” (tokoh wayang) memebuat aliran sungai yang bermata air disini dengan menggunakan alat kelaminnya (kebayang kagak ya segede gimana tuh, hahahah. Ssuuuttt gak penting banget kali kudu dibayangin), oiya katanya lagi kalo kita cuci muka di sumber air ini, wajah kita bisa berseri² dan gampang buat dapet jodoh, hihihi. Karena ngerasa pas²n dan akupun cuci muka di tempat itu, hahah. Lumayan lah sapa tau pas ntar pulang aku kaya seleb dikejar² fansnya gitu, haha (alhasil gadayang rubah tuh, nasiiibnasiiibb,,,).

Oke, beranjak ke tempat observasi berikutnya yaitu “Dieng Plateu Teathre”, disini merupakan suatu tempat yang akan menunjukan sejarah dieng, kejadian² yang pernah terjadi di dataran dieng ini dan juga segala ke-khassan dieng tertuang disini dalam bentuk cuplikan video yang telah diselesaikan oleh teater ini. Didalamnya termuat video ketika gunung meletus, terbentuknya kawah² yang ada di sekitar dataran tinggi dieng dan masih banyak lainnya. Teater ini berada tepat di deket tempat pembangkit energy panas bumi, disana tertera tulisan “DANGER” yang aku fikir artinya silahan masuk, dan akupun masuk sampai akhirnya aku keluar degan bentuk kagak karuan (becanda dink), aku dan temen² kagak bisa masuk karena itu katanya cukup berbahaya. Setelah berfoto² nan ria kitapun langsung melajutkan perjalanan menuju “telaga warna”, keliatan dari namanya keknya ini tempat penuh warna warni kaya ditaman kanak² atau playgroup, huehue. Sampai di tempat tujuan akupun melihat²tempat itu, dan emang bener disini tuh terdapat sebuah waduk/telaga dan berwarna-warni, ada warna ijo ke putih²an gitu deh. Pertamanya yang terlitas di benakku, ini telaga pasti asalnya berwarna ijo tapi karena banyak warga yang mencuci beras disni jadi ajah warnanya agak putih² gitu, dan ternyata hasil analisisku BENAR! Sodara², maksudnya BENAR-BENAR salah total dan konyol! Haha. Telaga ini berwarna diakibatkan oleh bercampurnya air telaga dengan zat sulfur (belerang) yang dikeluarkan oelh perut bumi, alhasil jadi deh ada warna ijo ama warna putih² gitu. Oiya katanya juga warna yang berbeda pada telaga diakibatkan karena adanya makhluk hidup bersel satu di dalam air yang mengakibatkan warna air menjadi berwarna, tapi aku gak berani buat berenang ke dasar telaga karena katanya air telaga yang bercampur dengan sulfur itu bisa menyebabkan gatal², itu sebabnya telaga ini tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia, dan yang paling penting “AKU KAN KAGAK BISARENANG”, konyol banget coba pas aku ntar renang kelelep uda gitu ditinggal rombongan, gila! Mati mengenaskan tanpa kenangan. Ckckck.

Setelah puas dengan penjelasan yang bejibun dan tak kelewat futu² (baca foto²), kita langsung menuju rintangan berikutnya (loh), yupp kita menuju ke patung² yang berada disekitar telaga warna, yaaahh patung itu berada diantara telaga warna dan telaga penglion (yang sebenarnya dibelakang patung itu terdapat gua, ada gua semar, gua jaran, gua sumur). Disana ada patung arca, ada semar (konon semar itu adalah tokoh pewayangan yang paling sakti, dia bisa menggunakan jambulnya untuk apapun yang ia inginkan, wuiidiiihhhh bertolak belakang ama tampangnya yang yaaahhh begitulah. Maap yah pak.semar gada maksut ngomongin, hihi), ada patung dewi dan banyak juga patung² lainnya yang kita temukan, oiyah tambahan, untuk patung semar kenapa patungnya sambil menunjuk??? Karena semar itu sedang menunjuk kebenaran, salah satu tokoh pewayangan yang menjungjung tinggi kebenaran, HIDUP SEMAAARR!!! Yiihhhaaa.. selain tokoh wayang yang sangat menjungjung tinggi kebenaran, ada pula yang menjungjung tinggi kejujuran, wayang tersebut tidak pernag berbohong dan selalu jujur, sampai² kereta kuda yang ditungganginya tidak menapak ke tanah karena ia tidak pernah berbohong, namun akhirnya ia dihadapkan kepada pilihan yang amat sulit, dan akhirnya ia diharuskan untuk berbohong. Sejak saat itu, kereta yang ia tunggangi menapak ke tanah sama seperti kereta kuda lainnya.

Next, perjalanan berikutnya kita lajutkan menuju kawah, emmmmmm… kawah….. aduh kawah apa yaaa … emmm.. kawahh. AHA! Kawah Sikidang, heheh, malum lah dikit² lupa mah kagak apa² yaa, heuwheuw. Merupakan suatu kawah yang banyak dikunjungi, bahkan merupakan kawah yang paling popular diantara kawah lainnya (kawah sibanteng, sileri, sinila, dan kawah timbang), mengapa demikian? Karena kawah ini merupakan satu²nya kawah yang memiliki jarak tempuh cukup dekat dibandingkan kawah lainnya, so, kenapa cari yang jauh kalo ada yang deket, hehe. Dikawah ini juga terdapat lubang tempat keluarnya gas (disertai lumpur yang menggejolak, yang konon katanya suhunya mencapai 100⁰c), dan lubang tempat keluarnya gas tersebut selalu berpindah², itu sebabnya kenapa kawah ini dinamakan kawah sikidang, berasal dari kata kijang (bahasa jawa: kidang) yang selalu berpindah tempat dan kagak mau diem. So, jadilah kawah sikidang, hihii. Setelah puas futu²  serta membeli oleh² karena kebetulan disini banyak dijual oleh² khas daerah sekitar, seperti carica, kentang deing dkk. And than kamipun kembali menuju bus yang kami tunggangi dari kampus, dan tujuan kita kali ini adalah peninggalan candi².. lets go!

Kamipun tiba di lokasi setelah menempuh jarak “BEBERAPA METER”, gilak perjalanan paling aneh, menempuh jarak +5meter kudu pale bus, hadjuhh .. setibanya di candi, kebetulan pas banget dengan jadwal lunch, aku dan temen² pun menikmati santapan makan siang diantara deretan candi². Oiyah kebetulan pas aku berada di lingkungan candi ada warga sekitar yang sedang melaksanakan adat khas dieng yaitu “upacara ruat”. What the meaning of upacara ruat??? Upacara ruat adalah suatu ritual yang dilakukan warga dieng untuk mencukur rambut gimbal seorang anak sebagai pertanda membuang sial, orang tua yang memiliki anak berambut gimbal (asli bawaan dari lahir dan bukan dimodiv) harus melakukan ritual ini sebelum anaknya berumur 8^th (kalo gak salah sih) sebagai ritual membuang sial, dan orang tua anak harus mengabulkan apa yang menjadi keinginan anak, apapun itu (wow). Upacara ini dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu, upacara ini dilakukan dengan memeotong rambut anak yang gimbal sambil menyajikan sajen dan diiring² menuju suatu tempat yang menjadi tempat ritual, tidak lupa dengan kado dari orang tua untuk keinginan anaknya, setelah ritual yang dipimpin oleh dalang selesei rambut anak gimbal yang telah dipotong dihanyutkan bersama sajen ke sungai yang mengalir disekitar, berharap dengan hanyutnya rambut bersama sajen, hanyut pula kesialan yang dibawa oleh anak tersebut. Well, itulah kepercayaan warga setempat.. apa kepercayaanmu??? Hehe

Setelah menyaksikan ritual tersebut ehhh ternyata dan ternyata itu tadi bukalah ritual yang sesungguhnya melainkan sedang syuting, hahaha aku udah sempet tegang kirain itu ritual asli, namun sempet curiga juga kenapa ada kamera disana-sini, ehhh ternyata rasa penasaranku pun terjawab, huehue. Tapi katanya prosesi ritualnya sama persis ko dengan yang syuting tadi yaa bedanya kalo ritual asli kagak pake acara ulang² segala buat pngambilan gambar yang pas, hihi. Setelah itu kamipun menuju candi² yang berada disekitar kawasan tersebut, ada banyak candi tempat peninggalan jaman dulu, ada banyak candi, dari mulai candi untuk bersemayamnya para raja sampai untuk para pembantu, and saking banyaknya aku kagak bisa nyebutin satupersatunya (halah bilang aja lupa joy) hihih, apapun itu lah yang jelas kagak bisa disebutin satupersatunya, hhi.. akhirnya setelah seru²an berjalan²nan ria kini tiba saatnya kita back to penginapan for rest, coz ntar sore kami ada acara untun observasi ke warga², yaahhh semacam social observation gitu lah, hihi. Ahhhh back to rest.. indahnya hidup..

Enggak kerasa eh ternyata mau gak mau and kudu mau jam udah nunjukin pukul 16.00 dan itu artinya time to sleep!!! Hus maksudnya time to observation, haruuh haruuhh. Kami dikumpulkan di depan home stay kami, setelah diberi pengarahan kamipun beranjak mulai mencari mangsa, saat itu kondisi sedang hujan gemericik² gimana gitu, hihi. Kami berpisah dengan rombongan yang lainnya, kebetulan kami melewati trek yang cukup beda dari yang lain. Setelah lama menyusuri pantai eh maksudnya menyusuri jalan setapak yang ada dihadapan kami, sebenarnya cukup was² karena kita takut tiba² didepan sana ada plang “Welcom to Klaimantan” kan kagak lucu kalo kita nyasar ke Kalimantan, tapi berasaskan keyakinan bersama dan rasa nekat yang membara akhirnya kamipun berhasil dengan sukses kehujanan, kami berteduh di suatu rumah yang kebetulan rumah tersebut akan mengadakan hajatan pernikahan, well kamipun basa basi dan akhirnya disuruh (tepatnya dipaksa makan) yess maksudnya ini yang gw tunggu dari tadi, hahahah (ketawa jahat). Setelah perut terisi fulltank kamipun hendak pamit (tuh udah kenyang aja kabur, heh bayar dulu noh dikasur eh dikasir), berhubung hari juga udah mulai gelap kamipun dengan segenap alesan yang bejibun berhasil melarikan diri dari rumah orang itu, hihi. Observasinya???? Lancar, about something to eat sih ada lah, haha. Setelah itu kamipun pergi ke took souvenir yang direkomendasikan oleh dosen kami, heu lalu kamipun back to home stay untuk ISHOMA. Hufpt..

Seperti biasa malemnya kami diskusi dan setalh itu kami pergi bergegas tidur coz besok pagi jam 07.00 kami itu udah musti chek out dari tuh tempat. Kami beranjak sekitar pukul 07.30 dan bergegas meuju “CILACAP”..

Beberapa jam dijalan tidak terasa akhirnya kita sampai di “Teluk Penyu” dan benteng “PenDem” (gak tau gimana persis nulisnya, yang penting dibacanya PENDEM aja lah, hihi). Aku masuk ke ruangan² yang ada di benteng tersebut, konon dulunya tuh benteng sempet dipake sama walanda (baca belanda) dan jerman barat buat bikin pertahanan dari tentara sekutu (loh, kapan toh jerman barat masuk endonesa) benteng itu kemudian dipakai oleh jepang, konstruksi bangunannyapun dapat dibedakan antara peninggalan belanda dan jepang. Peninggalan jepang cenderung udah pake beton, sedangkan bwlanda masih menggunakan teknik sederhana menggunakan batu bata yang disusun rapih. Di dalam benteng ini terdapat beberapa ruangan antara lain : ruangan barack, ruang perwira, ruang senjata, penjara dan ruang lainnya. Konon katanya juga salah satu ruangan yang berada di benteng ini pernah menjadi tempat uji nyali, hiyyyh seureuuumm. Beranjak ke teluk penyu, salah satu teluk yang dulunya itu dipakai oleh penyu untuk berkembangbiak, namun karena penyu itu rentan terhadap keramaian, mereka pun pindah tempat dan mencari tempat yang lebih tenang untuk berkembang biak, seiring mulai  banyaknya pengunjung yang berwisata ke teluk penyu ini. Disebelah selatan terdapat pulau nusa kambangan dimana para penjahat itu diabadikan disana, mungkin kelak tahun 2500 akan ada “Museum Penjahat Tahun 2012” heuheu, lumayan kan tuh jadi terkenal penjahat era sekarang. Oke setelah asik mendenganrkan penjelasan dari sang narasumber its time to hunting a picture in the beach, haha. Lumayan buat kenang²an kan.

Satu hal yang gak kan pernah aku lupa dari tempat ini, disini kan ada jembatan yang meuju ke laut lepas, jembatan ini tuh tengah²nya pada bolong, aku sih dengan PD pertamanya jalan diatas tuh jembatan, tapi pas makin ketengah loh kok perasaan aku serasa pusing mabok laut gitu dan ternyata kaki akupun gemeter, dengan sukses aku gemeter sekujurtubuh di tengah² tuh jembatan, eeeemaaaaaakkkkk gw pengeeeeeennnn pullaaaaaaaaangggggggggg… dasar jembatan sialan!!!!!!!!!!!

Akhirnya gak tau dengan cara gimana dan seperti apa aku tiba² ada di dalem bis, fyuuhhh merupakan suatu mukzizat aku bisa lewatin tuh jembatan biadab. And thaaan akupun pulang , setelah mampir² di Rumah Makan buat ikut nongkrong di WC, haha. Tidak terasa akupun sampai di tasik, hufpt. Alhamdulilah aku pulang kembali dengan selamatdan tanpa ada yang tertinggal. Sekarang tinggal berhadapan dengan laporan yang udah senyam-senyum najong! Sigh! But keep smile! J

Cumunguuddtthhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!

Pesan singkat : kalo gak ada mental yang cukup kuat jangan so berani² jalan dijembatan yang ada dilaut trus tengahnya bolong², apalagi sendirian, gak lucukan kalo ketinggalan rombongan disitu dan kagak bisa balik, masa iyah mau bikin rumah disitu?? Penunggu laut dunk, ntar namanya jadi “Si Anu Penunggu Teluk Penyu”. Ckckckckc. Miris sekali ..

Joy,,

J