Senin, 30 Juli 2012
Well, well, well, selamat berjumpa kembali dengan
aku para temen2 sahabat pembaca yang budiman, yupp siapa lagi kalo
bukan seorang bocah yang kagak tau malu dengan semangat dan gigih mengumbar aib
atau mungkin keseharian hidupnya di dunia maya yang dimana setiap orang tentu
bisa melihatnya hihih.. but it’s a fine, semoga dengan adanya tulisan ini para
temen2 sahabat pembaca yang budiman bisa mengambil hikmah dan
inspirasi, heheh.. yaah walaupun terkadang apa yang aku tulis emang ngaco dan
sedikit atau mungkin bahkan banyak yang enggak karuannya, heheh .. oke lets to
our main topic !
Oke, kali ini aku akan membahas
about Profesionalisme dan Perasaan, kenapa
kali ini aku tiba2 dengan enggak sengaja dan spontan serta dalam
tempo yang sesingkat2nya (kaya naskah proklamasi aja yaa) membahas
judul itu, emmm ini juga mungkin bisa didasarkan dari pengalaman pribadi namun
tentunya aku juga mendapatkan referensi dari artikel yang aku baca, yang
tentunya berkaitan dengan professional
dan perasaan. The first, sebelum melangkah lebih jauh yahh kawan, kita
harus tau dulu apa itu yang dimaksud dengan professional. Banyak tentunya pengertian dari kata proffesional yang tertuang dalam literatur baik itu karya
tulis ilmiah atau mungkin hanya karya tulis iseng2 yaa seperti karya
tulis aku ini, hehe.. namun aku sendiri punya pegangan tersendiri about
pengertian dari professional, menurut
tulisan dari bekas bungkus ciki yang aku temukan dijalan (baca: menurut
persepsi pribadi) profesional itu
adalah suatu sikap yang ditunjukan dengan tidak melanggar dari ketetapan yang
telah di tentukan, bahkan jauh lebih baik lagi dari ketetapan itu, hihihi
(*ngarang). Profesional biasanya diidentikan dengan tidak mencampuradukan
antara permasalahan pribadi dengan permasalahan bisnis (atau yang lainnya
misalnya suatu organisasi atau profesi), so kita harus bisa memisahkan masalah
pribadi yang biasanya berkaitan dengan perasaan dengan permasalahan profesi,
profesinya yaa tergantung itu bisa sebuah ketua dalam organisasi atau mungkin
seorang penyedia jasa, apapun itu lah yahh .. jangan sampai ketika kita sedang
menjalankan pekerjaan kita misal sebagai konselor (karena aku gila psikologi
yah) lantas karena client yang kita hadapi mungkin agak sreuk sama kita so kita
terbawa perasaan yang ujung2nya pilih kasih dalam menerima atau
melayani pasien, ckckck..
Nahhh???? Bagaimana dengan
aku??! aku yaah bisa dibilang mungkin seorang yang so-bisa menghadapi curahan
hati orang lain atau so ngerti lah tentang psikologi, namun pada kenyataannya
aku hanyalah seorang bocah yang tergila2 dengan apa yang namnya
psikologi.. Aku sering so-menjadi seorang konselor, bukan aku ingin dibilang
konselor namun harapanku, citaku, keinginanku, anganku adalah menjadi seorang
konselor yang bisa memberikan inspirasi untuk memecahkan masalah yang sedang
dijalaninya itu, tidak menutup kemungkinan dari berbagai aspek. Nahhh,
harapannya dengan banyak melayani curahan hati orang-orang yang aku pribadi
memanggilnya “clent” itu bisa melatih skill aku untuk memberikan masukan atau
jalan bagi permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan orang karena prinsip ku
ialah “kebahagiaanku adalah melihat
engkau bahagia, *client”. Perlu dicatat, emm… menurut aku sih konselor itu
sebenernya bukan memecahkan masalah yah melainkan memberi petunjuk agar orang
yang bersangkutan bisa memecahkan permasalahan yang ia hadapi, intinya seorang
ahli psikolog khususnya konselor itu hanya memotivasi agar client menjadi lebih
semagat dan tidak putus asa dalam menghadapi permasalahan yang ia hadapi,
sampai kelak ia berhasil memecahkan masalah tersebut karena adanya motivasi
yang mendorong dirinya agar berusaha lebih keras lagi dalam menyikapi
permasalahan. Aku bersyukur sekali karena sampai detik ini telah banyak orang
yang mempercayaiku sebagai tempat menaruhkan curahan hatinya, rahasianya,
keluh-kesahnya serta segala sesuatunya yang sebelumnya telah dihadapi, tidak
menutup kemungkinan suatu permasalahan juga tentunya. Aku sangat sengan dengan
kepercayaan yang telah diberika kepada aku, karena bagiku sebuah kepercayaan itu tak ternilai harganya, bahkan jika harus ditukar
dengan nyawa sekalipun, itu tidaklah cukup. So kenapa aku selalu menjaga
kepercayaan orang2 kepadaku?! karena aku sangat senang jika telah
dipercayai oleh orang lain, dan aku juga tentunya tidak akan mengobral
kepercayaan itu, apalagi menjualnya. Aku selalu menjadikan itu sebagai studi
bahan kajian yang nantinya akan menjadi evaluasi buat aku sendiri dalam
menyikapi client, baik itu dari segi
pengetahuan tentang berbagai permasalahan mapuan dari cara aku merespon client dengan pendekatan-pendekatan pada
terori yang telah aku kaji sebelumnya..
Namun, (nah disinilah
timbulnya permasalahan) dalam suatu proses teraphy pada client tidak menutup kemungkinan kalau sang konselor memakai
perasaan, yaah itu mungkin bisa dikarenakan feelnya dapet atau juga mungkin
pada saat melakukan pendekatan sang konselor
‘tidak menjaga jarak’ dengan si client, so dari sinilah kesalahgunaan
profesi sering dimanfaatkan, hufpt apalagi yaah umuran aku gini masa2
puber, kan sedeng banget tuh buat ehm ehm, hihihi.. awalnya sih aku juga sempet
gitu pake perasaan ke client (mohon
maaf yah untuk yang tercinta *ciieehhh, enggak ada maksud da, jangan dulu
nething, selesin dulu bacanya yahh...). yaah enggak jauh beda lah dengan aku,
aku tertarik ilmu psikologi karena latar belakang masa kecilku yang mungkin
yaah bisa dibilang itu sebuah blacklist buat
pengalaman aku, heeemmm.. saat aku SMA aku berusaha buat leih memperdalam ilmu
psikologi tersebut, dari mulai baca2 literatur tentang teori dan
sampai ke pengaplikasiannya, setelah lama aku menggeluti (eggak konstan sih,
kadang rajin baca dan praktik kadang udah laaaaaaaaaaaamaaaaaaaa kagak
mempelajari, hehe) akhirnya aku mengerti dengan apa yang namanya ilmu psikologi
dan sepertinya aku tertarik ke konsentrasi konselor, hihihi.. namun sayangnya
keinginan tekad ini tidak bisa didukung oleh pendidikan formal, yupp cause yaah
ini kan buktinya aku masuk ke keguruan, makannya aku rasa aku ini sepertinya
salah masuk jurusan, hihi, but its sure, ini juga kan sama nuntut ilmu, kagak
ada yang percuma buat makhluk yang selalu berusaha, apalagi dalam hal kebajikan
J.
Oke, back to our main
topic.. yaah terkadang ketika aku menjadi seorang konselor dan menghadapi client terutama perempuan (yang curhat
ada cwo ada cwe kok, aku enggak pilih2 dan aku juga enggak
mengkhususkan yang curhat itu kudu cwo, asal jangan yang gay aja, akunya takut,
heheh), yupp aku sering sih pake perasaan, apalagi kalo cewenya itu kebetulan
type aku banget.. gigi kelinci, ada taringnnya, rambut poni, agak tomboy gitu
deh, hehehe.. beeuh pokoknya kalo udah ngadepin client kaya gitu tekad aku yang tadinya niat nolong itu suka jadi
nyimpang gitu, yaah yang ujung2nya jadi PDKT dan ngebuat cewe itu
jusrtu malah nyaman sama aku, heuheu.. aku sadar kalo itu meang salah banget
dan bisa dibilang itu enggak profesional
bangett!! Saat itu emang kontrol emosi aku belum stabil dan mungkin bisa
dibilang kalo aku itu belum siap jadi seorang konselor, bagaimana mau jadi
seorang konselor toh jangankan untuk mengontrol emosi orang lain wong emosi
diri sendiri juga emosinya belum terkontrol. Setelah aku sadar kalo itu emang
slah banget, aku mempelajari kembali tentang sikap2 yang harus
dimiliki konselor, dan emang bener banget ternyata sikap aku tempo hari itu
bener2 sikap yang salah dan bisa dibilang itu merupakan sikap seornag konselor yang gagal. Dari situ
aku mulai sadar dan aku mengerti akan fatalnya resiko yang didapat bila seornag
konselor tidak bisa mengontrol emosinya sendiri, baik itu bagi diri sendiri dan
yang terparah tentunya bagi client.. ditambah
lagi aku enggak sengaja membaca artikel yang judulnya seni mendengarkan curhat, artikel yang sangat bagus sekali terutama
untuk orang penggila psikologi seperti aku. Banyak sekali pelajaran yang aku
dapat dari artikel tersebut, dari mulai bagaimana cara merespon curhat orang
lain sampai dengan betapa pentingnya jaga jarak antara konselor dengan client.
Dan akhirnya aku mengerti seperti apa sikap yang harus diambil dalam menghadapi
client.. semoga dengan mendapatnya
ilmu ini aku bisa lebih bertambah profesional
dalam menghadapi client dan tidak
mencampuradukan antara perasaan dengan
career.. semoga kelak aku kan
menjadi konselor yang baik bagi semua orang, mohon doanay yah biar kecapai,
hihihihi .. aku mengabdi demi kepentingan orang lain dan ketulusan bukan karena
kepentingan pribadi semata apalagi materi, karena prinsip aku adalah bahagiaku adalah melihat kalian bahagia, *client
…
Well, sekian post dari aku
sekarang.. mohon maaf post kali ini akaynya agak ngaco yah, heheh. Semoga bisa
memberi isnpirasi dan kalo enggak juga mungkin setidaknya bisa menghibur temen2
para sahabat kaum pembaca yang budiman ..
Oke,, saya ijoy mohon pamit undur diri ..
Salam hangat, tetaplah semangat, senyumlah selalu
dan sampai berjumpa kembali pada postingan berikutnya .. dadah …
:)
Joy,,
0 komentar:
Posting Komentar