Rabu, 14 Maret 2012

LAPORAN PKL DIENG-CILAPCAP (2012)

BAB I
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang  Masalah
Plateau Dieng atau dataran tinggi dieng sebuah kawasan yang menakjubkan sebuat tempat indah yang menyimpan berbagai keajaiban alam dan keunikan beragam budaya, dataran tinggi di provinsi jawa tengah ini berada dalam lima wilayah kabupaten Bahan, Kendal, Temanggung, Wonosobo, dan Kabupaten Banjarnegara. Untuk mencapai dataran tinggi dieng bisa ditempuh melalui jalan raya dari arah wonosobo, Bahan, Banjarnegara. Dataran tinggi ini berada di kawasan 2000 meter diatas permukaan laut.
Dieng berasal dari bahasa sangsakerta “Hyang” yang berarti tempat bersemayamnya para dewa, berdasarkan catatan sejarah tempat ini di yakini sebagai tempat awal bermulanya peradaban hindu di pulau jawa, yang berkembang pada kejayaan dinasti sanjaya pada abad ke-8 di tandai dengan berdirinya candi-candi dieng ini. Candi yang dulu dibangun untuk memulyakan dewa Shiwa ini kemudian oleh masyarakat setempat dinamai tokoh-tokoh dalam kisah maha barata. Seperti Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembada, Candi Bima, Candi Gatotkaca. Bangunan candi-candi dieng disusun dari batu-batu dari jenis Andesit, batu-batu ini berasal dari gunung pakuwaja yang berada di sebelah selatang kompleks candi dieng.
Dataran tinggi dieng terbentuk oleh amblasnya sebagian gunung api tua, yaitu gunung merau oleh patahan yang berarah barat laut dan tenggara, pada bagian yang amblas itu muncul gunung-gunung kecil yang tersebar di kawasan dieng, seperti gunung gajah mungkur, gunun galam, gunung bandasari, gunung panglimunan, gunung pangonan, dan gunung pakuaja.
Sampai sekarang gunung api di dataran tinggi dieng masih aktif, aktivitas di kawasan gunung api mempunyai karakteristik yang khas yaitu tekanan magma yang terkandung didalamnya tidak terlalu kuat, oleh sebab itu sampai sekarang di kawasan dieng tidak terjadi letusan magma seperti di gunung merapi. Apabila terjadi letusan itu disebabkan terpanaskannya air bawah oleh magma, gejala seperti ini bisa kita saksikan di beberapa kawah vulkanik yang berada di dataran tinggi dieng.
Seraya mendekati daerah dieng, suhu semakin rendah. Begitu dinginnya sehingga kadang mencapai suhu 150c pada sing hari, dan pada malam hari mencapai 100c. Kawasan dieng akan mengalami musim yang paling dingin sekitar bulan agustus dan september, pada saat itu cuaca dieng bisa mencapai -30c.
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang termasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2000 m.dpl.
Secara administrasi, Dieng merupakan  wilayah desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng (“Dieng Wetan”), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan wilayah terpencil di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik dibawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun dataran tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung disekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawas sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan kawah sinila 1979. tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Kawah akif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi. Pemantauan aktivitas dilakukan oleh PVMBG melalui pos pengamatan Dieng di Kecamatan Karang Tengah. Berikut ini adalah kawah-kawah yang sering dipantau aktifitasnya, antara lain: Candradimuka, Sibanteng, Siglagah, Sikendang, Sikidang, Sileri, Sinila, dan Timbang.
Jika dilihat dari beragamnya latar belakang yang telah penulis tuangkan dalam paragraf diatas, tentunya akan sangat menarik sekali apabila penulis kaji lebih dalam tentang keadaan dieng plateu, baik itu ditinjau dari aspek fisik maupun aspek sosial dan budayanya.
B.     Permasalahan
               Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.       Apa yang menjadi faktor pendukung dataran tinggi Dieng menjadi objek observasi atau pariwisata yang menarik perhatian banyak orang?
2.      Tempat unik apa saja yang terdapat di dataran tinggi dieng?
3.       Bagaimana sejarah atau asal-muasal tempat itu terjadi?
C.    Rumusan Tujuan
               Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat diatas, tujuan dari penelitian ini antara lain:
1.       Mengetahui apa yang menjadi faktor pendukung daerah dataran tinggi  Dieng yang dijadikan tempat observasi atau pariwisata.
2.      Menjelaskan dan menganalisis tempat-tempat unik yang hanya terdapat di dataran tinggi Dieng.
3.      Mengetahui sejarah atau asal-muasal tempat menarik yang ada di dataran tinggi Dieng?
BAB II
DESKRIPSI KONDISI LAPANGAN

A.    DANAU MERICA
Letak Astronomis
S : 070 23’ 26,0”
E : 1090 37’ 01.3”
Ketinggian
253 M.Dpl
Suhu Air
28,5oC
P.H
7,72
TDS / Kekeruhan Air
110 PPM
Salinitas
0’ ppt
Tabel 1.1
Danau merica merupakan suatu danau yang dipakai untuk PLTA, sini terdapat pembangkit listrik yang menggunakan turbin dengan menggunakan tenaga air yang berasal dari danau merica tersebut. Selain digunakan sebagai PLTA danau merica ini juga digunakan juga sebagai tempat objek pariwisata, disini terdapat kegiatan ekonomi warga sekitar, seperti berjualan dan lain sebagainya. Danau ini juga sering digunakan tempat untuk “bermain” bagi para anak muda terutama yang sedang puber. Keadaan danau ini cukup keruh, kotor dan tidak steril sehingga air danau ini tidak bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai sumber air minum dan juga memancing.
B.     TUK BIMO LUKAR
Disebut juga Kali Serayu Peninggalan Situs Agama Hindu. Nama ini diambil dari nama tokoh pewayangan, Bimo (Bima) yang artinya “Perkasa” atau yang mempunyai kemampuan lebih.
Menurut Mitos warga di sekitar wilayah dieng, teluk bimo lukar sering dijumpai rambut-rambut di sekitar area air yang keluar dari telaga. Dan orang disana mempercayai bahwa rambut yang ditemui adalah sisa-sisa dari rambut yang jatuh dari dewa atau dewi yang mandi di sekitar telaga. Namun dalam kenyataannya rambut tersebut adalah sebuah tumbuhan yang jenisnya saja berbentuk menyerupai rambut yang tumbuh di sekitar telaga. Adapun mitos lain bahwa jika kalau seseorang mandi di bawah air telaga tersebut sebuah atau seseatu keinginan yang kita inginkan akan tercapai, diceritakan bahwa seorang calon anggota DPRD wilayah dieng pernah melakukan ritual mandi kembang dan sesembahan sebagainya untuk meminta berkah dari air telaga tuk bimo lukar.
Adapun kegunaan dari tuk bimo lukar adalah untuk pengairan masyarakat atau petani yang tinggal diwilayah tersebut
Letak Astronomis

S : 090 12’ 16,1”
E : 1090 54’ 47,6”
Ketinggian
2097 M.Dpl
                                                        Tabel 1.2
C.    TELAGA WARNA
Terbentuknya danau berasal dari letusan gunung api, dikarenakan masa air yang terkandung dalam perut bumi terus menerus mengalami pemanasan dari dalam perut bumi yang mengakibatkan telaga warna tersebut kelihatan berwarna putih susu yang dihasilkan bari belerang.
Ciri fisik telaga warna:
"  Bau Belerang
"  Adanya uapan gelembung-gelembung seperti air panas
"  Sulfur yang mengakibatkan warna hijau
"  Lumut atau tumbuhan kecil yang hidup di dalam air telaga
Telaga Warna
Letak Astronomis

S : 070 12’ 54,6”
E : 1090 54’ 49’7”
Ketinggian
2804 M.Dpl
Salinitas
0,7 ppt
P.H
2,17
Suhu
18o  (s/d 09:30 WIB)
Tabel 1.3
D.    KAWAH SIKIDANG
Sikidang adalah kawah di dataran tinggi Dieng yang paling populer dikunjungi wisatawan, karena jaraknya yang mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluar gas yang selalu berpindah-pindah di dalam satu kawasan luas. Dinamakan kawah sikidang karena suhu panas yang disebabkan oleh dapur magma yang memanaskan air yang ada di sekitar kawah tersebut meloncat-loncat keatas seperti kijang yang sedang berlari-lari, oleh sebab itu kawah ini dinamakan kawah sikidang (kidang dalam bahasa Jawa).
Batuan yang berada di sekitar kawah sikidang terjadi pelapukan sulfur (Sulfikasi) akibat suhu yang dingin didaerah tersebut dan dari dalam kawah suhunya sangat panas yang mengakibatkan berlawanan dan mengakibatkan batuan tersebut melapuk atau yang sering disebut (Sulfikasi)
Suhu bibir kawah Sikidang
81,20
Letak Astronomis
S : 070 13’ 13,2”
E : 1090 54’ 13,8”
Tabel 1.4

E.     KAWAH SIBANTENG
Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan januari 2009 (15/1), menyebabkan kawasan wisata dieng harus ditutup untuk beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik perhutani disekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membentuk kali putih, anak sunngai Serayu.
F.     KAWAH SILERI
Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan : tahun 1944, 1964, 1984, Juli 2003 dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga celah kawah baru disertai dengan prmancaran material setinggi 200 meter.
G.    KAWAH SINILA
Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tanggal 1979, tepatnya 20 Februari 1979. gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian keluar rumah, namun mereka terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan kawah Sinila. Sejumlah warha (149 Jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang menyebar kewilayah permukiman.
H.    KAWAH TIMBANG
Timbang adalah kawah yang terletak di dekat sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah ini merupakan sumber Gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan korban pada tahun 1979. kawah ini terakhir tercatat mengalami kenaikan aktivitas  pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2 dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm, konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan gempa vulkanik. Pada tanggal 31 Mei 2011 pagi, kawah ini kembali mengeluarkan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v (100.000 ppm) disertai dengai gempa tremor. Akibatnya aktivitas pada radius 1 km dilarang dan warga Dusun Simbar dan Dusun Serang diungsikan.
I.      TELUK PENYU
Merupakan teluk yang terdapat di cilacap, kenapa dinamai teluk penyu? Karena konon dulunya wilayah ini merupakan wilayah yang cukup sepi dan menjadi tempat bertelur para penyu, namun seiring perkembangan jaman wilayah inipun makin ramai dan akhirnya penyu-penyu pun mulai pindah untuk mendapatkan tempat yang lebih nyaman untuk bertelur. Kawasan pantai ini membujur dari utara (Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap), ke selatan (Pulau Nusakambangan) dengan panorama gelombang laut yang cukup besar, kapal-kapal tanker yang keluar masuk Pelabuhan Tanjung Intan dan perahu-perahu nelayan tradisional yang berlalu lalang di sepanjang pantai Teluk Penyu serta tegarnya Kilang Pertamina dan Pulau Nusakambangan menambah indahnya suasana pantai. Disekitar teluk ini terdapat penjara yang terkenal dan katanya merupakan penjara kelas kakap, penjara yang dihuni oleh para narapidana yang sudah memiliki kesalahan atau yang telah melanggar hukum yang sangat berat (parah). Selain terdapat penjara yang cukup terkenal, pulau Nusa Kambangan juga merupakan pulau yang memiliki keindahan panorama alam yang sangat menggoda, selain karena berada di tengah-tengah laut juga dikarenan tempat ini jarang terjamah oleh manusia sehingga sentuhan alamnya masih cukup kuat dan jauh dari pengaruh buruk tangan jail  manusia.
Disekitar teluk penyu juga terdapat aktifitas ekonomi yang dilakukan oleh warga sekitar, dari mulai yang berdagang makanan (ikan asin kering serta ikan-ikan segar/basah yang siap langsung dibakar atau dimasak), minuman, pernak-pernik perhiasan dari tumbuhan laut (kerajinan kerang) sampai yang menawarkan jasa, semua ada di sini. Area Teluk Penyu yang biasa dikunjungi oleh para pengunjung (utamanya penduduk dan wisatawan lokal) biasanya mulai dari pelabuhan perikanan Samudera dari hingga bibir pantai yang biasa disebut Areal 70 (merujuk kepada sebutan masyarakat sekitar terhadap kawasan tangki-tangki penimbunan bahan bakar dari PT Pertamina UP IV) dimana para wisatawan atau pengunjung bisa melihat langsung Pulau Nusakambangan dari bibir pantai. Kawasan wisata ini ramai dikunjungi pada waktu pagi dan sore hari oleh para penduduk Kota Cilacap sedangkan pada siang hari lebih banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal, utamanya pada masa-masa libur sekolah atau pada hari-hari besar/libur. Di sekitar teluk penyu juga terdapat suatu bangunan yang cukup unuk dan tidak dapat dijumpai dimanapun, ialah merupakan suatu bangunan bekas jaman penjajahan belanda dan jepang tempo dulu, bangunan ini dinamai Benteng Pendem.
Adapun harga tiket masuk teluk penyu, yaitu sebagai berikut :
Orang
Tarif
Hari Biasa
Hari Libur
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Dewasa
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 5.000,-
Rp. 4.000,-
Anak
Rp. 2.500,-
Rp. 3.000,-
Rp. 2.500,-
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 3.000,-
Tabel 2.1
J.      BENTENG PENDEM
Sesuai namanya “Pendem”, bangunan ini ditinggalkan oleh penjajah kita yaitu belanda, namun dalam benteng ini juga terdapat bangunan peninggalan jepang. Benteng Pendem Cilacap (Belanda: Kustbatterij op de Landtong te Cilacap), dibangun 1861, adalah benteng peninggalan Belanda di pesisir pantai Teluk Penyu kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bangunan ini merupakan bekas markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun di area seluas 6,5 hektar secara bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861 hingga 1879. Benteng pendem sempat tertutup tanah pesisir pantai dan tidak terurus. Benteng ini kemudian ditemukan dan mulai digali pemerintah Cilacap tahun 1986. Benteng Pendem dahulunya merupakan markas pertahanan tentara Belanda di Cilacap, Jawa Tengah yang didesain oleh arsitek Belanda. Benteng ini difungsikan untuk menahan serangan yang datang dari arah laut bersama dengan Benteng Karang Bolong, Benteng Klingker, dan Benteng Cepiring. Benteng Pendem difungsikan hingga tahun 1942. Ketika perang melawan Pasukan Jepang, benteng ini berhasil dikuasai Jepang. Tahun 1941, Jepang meninggalkan benteng ini karena kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu; sehingga, benteng ini diambil alih oleh TNI Banteng Loreng Kesatuan Jawa Tengah. Dalam penguasaan TNI, benteng ini digunakan para pejuang kemerdekaan berlatih perang dan pendaratan laut.
Bangunan benteng pendem terdiri dari beberapa ruang yang masih kokoh hingga kini. Namun, sejak awal ditemukan, ruangan dalam benteng belum sepenuhnya diketahui. Ruangan dalam benteng yang umum diketahui terdiri dari barak, benteng pertahanan, benteng pengintai, ruang rapat, klinik pengobatan, gudang senjata, gudang mesiu, ruang penjara, dapur, ruang perwira, dan ruang peluru. Ada pula yang menyatakan bahwa dalam benteng tersebut terdapat terowongan menuju benteng-benteng lain dan sejumlah gua di pulau Nusakambangan. Namun, hingga kini hal itu belum sepenuhnya terbukti. Ada sedikit konstruksi yang berbeda antara bangunan jepang dan belanda, pada konstruksi bangunan peninggalan belanda temboknya masih menggunakan bata yang disusun secara rapih dan sedikit agak klasik, lain halnya seperti bangunan jepang, bangunan ini sedikit lebih modern dari bangunan yang ditinggalkan belanda. Benteng Pendem Cilacap Peninggalan Belanda ini berada di terletak 0,5 km ke arah selatan dari Obyek Wisata Teluk Penyu dan berada di atas tanah seluas 6,5 Ha, di kawasan Pantai Teluk Penyu Cilacap. Benteng ini cukup menakutkan apabila dilihat dari segi mitos, karena konon para tawanan yang dipenjarakan di benteng ini banyak yang mati kelaparan, tak heran jika benteng ini merupakan benteng yang cukup ditakuti oleh banyak orang. Karena mitos yang diyakini itulah benteng ini pernah dijadikan tempat uji nyali pada acara stasiun televisi.
Namun disamping itu juga benteng pendem ini dijadikan obyek wisata yang cukup menarik dan banyak dikunujngi para wisatawan dari berbagai wilayah dan dari manca Negara sekalipun. Obyek wisata ini dilengkapi pula dengan beberapa fasilitas seperti :
Tempat istirahat, Gazebo, Ayunan, Kolam Pemancingan dan sejumlah patung dinosaurus. Dari atas Benteng Pendem tampak jelas Pulau Nusakambangan.
Adapun tiket masuk obyek wisata ini adalah sebagai berikut :

Orang
Tarif
Hari Biasa
Hari Libur
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Siang
Malam
Dewasa
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 5.000,-
Rp. 4.000,-
Anak
Rp. 2.500,-
Rp. 3.000,-
Rp. 2.500,-
Rp. 3.000,-
Rp. 4.000,-
Rp. 3.000,-
Tabel 2.2

BAB III
PEMBAHASAN

TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN MASYARAKAT DIENG
A.  AGAMA/KEPERCAYAAN
Agama yang dianut oleh masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo adalah mayoritas Islam. sekalipun di daerah tersebut terdapat candi, itu hanyalah simbol atau peninggalah zaman dahulu para penganut agama hindu yang mengagung-agungkan Tuhannya dengan membuat candi-candi. Seperti didalam Agama Islam tempat beribadahnya adalah Mesjid. Mungkin seperti itu yang dilukiskan pada zaman dahulu untuk memulyakan tuhannya.
Meski mayoritas warga Dieng beragama islam, namun di derah ini terdapat suatu kepercayaan upacara adat, “ngaruwat” begitulah warga dieng menamai upacara itu. Upacara itu terjadi berawal dari suatu fenomena yang cukup unik dan khas yang terjadi di daerah dieng. Fenomena unik yang dimaksud adalah dengan adanya anak-anak di daerah Dieng yang berambut gimbal (gembel). Fenomena ini bisa dikatakan unik sebab hanya anak-anak di kawasan tersebut yang mengalaminya. Selain itu rambut gembel juga bukan karena keturunan karena rambut gembel bisa tumbuh pada siapa saja. Menurut penuturan masyarakat setempat biasanya ciri-ciri anak yang akan tumbuh rambut gembel disertai panas tinggi selama beberapa hari setelah itu beberapa helai rambutnya menjadi kusut dan menyatu (menjadi gimbal ).
Fenomena rambut gimbal ini dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai sebuah titipan leluhur mereka yaitu Ki Kolodete. Konon Ki Kolodete yang menurut mitos adalah pendiri kota wonosobo bersumpah tidak akan mencukur rambutnya sampai desa yang dia bangun menjadi makmur. Sehingga sampai saat ini apabila ada anak kecil yang memiliki ciri rambut gimbal dikawasan tersebut dianggap sebagai keturunan dari Ki Kododele. Sehingga para orang tua yang memilik anak dengan ciri tersebut harus memperlakukan anaknya dengan baik dan menuruti segala apa yang dimainta oleh si anak agar terhindar dari kutuk atau petaka. Untuk menghindari dari segala kemungkinan buruk seperti penyakit atau mungkin bahkan kematian pada diri si anak gimbal, biasanya diadakan ruatan yang bertujuan untuk menolak bala (marabahaya). Ruatan ini dilakukan dengan cara mencukur rambut gimbal si anak tersebut. Ritual cukur rambut gembel bertujuan untuk mengembalikan rambut gembel kepada yang Maha Kuasa . Selain itu si anak yang dicukur rambutnya agar memperoleh keberkahan dan kesehatan.
Sampai saat ini fenomena rambut gimbal dari dataran tinggi Dieng masih menyisakan sebuah misteri, bahkan belum ada penelitian ilmiah dan medis yang dapat menguak misteri ini. Namun terlepas dari semua mitos tersebut, budaya ruatan cukur rambut gimbal dapat menambah daya tarik pariwisata selain keindahan alam yang menakjubkan di kawasan Dieng.
B.   MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat dieng umumnya pada sektor pertanian, antara lain: Kentang (Komoditas Utama), Carica, Kubis, Cabe Besar / Cabe Bandung, Gogo (Padi Dunung).
Adapun kelebihan dan kerugian dalam masa tanam pertanian di daerah dieng.
a.       Kentang
Menanam kentang dipilih bibit yang sudah tua, untuk membedakan bibit yang sudah tua cukup dilakukan goresan kecil pada permukaan kentang, jikalau permukaan kentang tersebut tergores sampai kedalah kentang. Itu berarti kentang masih muda dan belum cocok untuk dijadikan bibit indukan kentang, tapi apabila kentang tersebut tergoresnya tidak berbekas itu menunjukan bahwa kentang tersebut sudah bisa dijadikan bibit indukan kentang.
Pebedaan kentang merah dengan kentang biasa, bisa dilihat dari segi fisiknya, kentang yang luarna berwarna agak kehitam-hitaman kentang tersebut dalamnya warna merag, ungu atau hijau. Sedangkan kentang bisa luarnya lebih jernih dan jenis fisik kentangnya imut-imut.
Adapun pupuk yang digunakan masayarakat dieng untuk tanaman kentang adalah berupa pupuk pabrik dan pupuk organik atau yang sering disebut oleh masyarakat dieng adalah “CM” (Chiken Muller/ Kotoran Ayam), yang nantinya disatukan kedalam tanah sebelum bibit kentang ditanam.
Untuk penggunaan MULSA atau penutup permukaan tanah yang terbuat dari pelastik, mulsa tersebut tidak hanya dipakai sekali saja. Melainkan mulsa tersebut jika fisiknya masih bagus, tidak robek, dan layak pakai mulsa tersebut akan digunakan lagi oleh para petani. Sedangkan untuk penggunaan lahan para warga atau masyarakat dieng biasa mendiamkan tanahnya dulu setelah masa panen, yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesuburan tanah, masyarakat disini umumnya mendiamkan tanahnya antara 1/2 bulan sampai 1 bulan. Dalam jangka pendiaman tersebut tanahnya diberi pupuk “CM” dengan tujuan disaat penanaman bibit kentang tersebut kentang akan lebih baik hasilnya.
Warga atau masyarakat dieng tidak semuanya memiliki lahan pertanian kentang sendiri, ada yang menyewa dari orang lain. Di daerah dieng terkenal dengan juragan tanah yang suka menyewa-nyewakan tanahnya kepada para petani. Merka mengukur tingkat kesuburannya hanya berdasarkan pengalaman dan hasil yang di dapat saat masa panan, kalau masa panennya bagus meraka anggap tanah itu baik dan memiliki harga sewa tinggi sebaliknya jika hasil panen kurang bagus mereka anggap tanah kurang baik. Harga sewa tanah dari juragan tanah tersebut dilihat dari itu, mulai dari 1.600.000 yang pali tinggi dan 900.000 yang paling murah pertahunnya.
Harga kentang dieng lebih mahal karena kentang dieng memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kentang yang dihasilkan oleh daerah lainnya, kentang sayur untuk di daerah dieng sendiri berkisar antara 3500 S/d 5000 perkilogram dan untuk kentang yang biasa dijadikan keripik potatos beda lagi hargana, karena kualitas kentang potatos lebih bagus daripada kentang yang suka dijadika sayur.
b.  Carica
Carica adalah sebuah pohon sejenis pepaya, tapi jenis carica kebih kecil dibandingkan dengan pepaya. Carica oleh masyarakat dieng dijadikan penganan atau manisan sebagai oleh-oleh khas dari dieng. Rasa-rasanya carica serupa dengan pepaya yang dicampur salak.
Carica hanya dapat dijumpai di daerah dieng, karena keadaan cuaca serta iklimnya yang berbeda di daerah lain, pernah ada studi kasus bibit carica di tanam di tempat lain di luar daerah dieng, hasilnya serupa menjadi pepaya.
c.    Cabe Besar / cabe Bandung
Jenis cabe yang dibudidayakan oleh warga dieng adalah cabe besar atau warga dieng menyebutnya cabe bandung, berbentuk bulat besar seperti biji pala, pohonnya pendek dan berdaun lebat.
d.    Padi Gogo
Padi gogo adalah sejenis tanaman padi biasa, padi gogo biasa di tanam di daerah yang kondisinya relif atau dataran tinggi. Padi gogo terbiasa dengan kekuarangan air, oleh sebab itu padi gogo bisa hidup di daerah yang tinggi. Padi gogo umumnya berusia lebih panjang, yang biasanya padi yang di tanam oleh para petani di persawahan memerlukan waktu  tiga sampai empat bulan baru bisa di panen, berbeda dengan padi gogo yang baru bisa di panen sekitar tujuh sampai delapan bulan. Itu yang mengakibatkan masyarakat di daerah dieng memilih untuk menanam kentang sebagai sektor pertanian mereka, karena masa panen kentang lebih cepat.
Adapun mata pencaharian masyarakat dieng juga ada yang menjadi Pegawai Negeri sipil (PNS).
C.   KELEMBAGAAN
Kecamatan Dieng Terbagi ke dalam 16 desa: Pari Kesit, Tieng, Sweran Gede, Girim Rana, Buntu, Sigedang, Tambi, Kejajar, Serang, Kreo, Pata Bandeng, Jojogan, Sikunang, Sembungan, Campur Sari.
D.   ILMU PENGETAHUAN
Apabila menyinggung aspek ilmu pengetahuan masyarakat Dieng, kita bisa meninjau dan melihat dari info dan data yang tersedia, bahwa di dataran tinggi ini hanya terdapat beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak terdapat disini, sehingga para orangtua  yang ingin mnyekolahkan anaknya harus merelakan anaknya jauh karena sekolah yang dimaksud tidak bisa dijangkau secara Pulang-Pergi (PP) setiap harinya, anak-anak yang melanjutkan ke SMA harus menyewa kontrakan atau kost-kostan.
Namun mayoritas dari penduduk yang tinggal di dataran tinggi dieng berstatus tamatan SMP, karena kebanyakan penduduk sini bermata pencaharian petani, sehingga tidak memerlukan pendidikan yang cukup tinggi. Lain halnya apabila kita membicarakan sekelumit penduduk yang sadar akan arti pentingnya pendidikan, mereka mengorbankan uang dan waktunya untuk menuntut ilmu walau harus menempuh jarak yang sangat jauh, apalagi menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
E.   PERALATAN
Sistem peralatan di dataran tinggi dieng sudah cukup modern, alat-alat yang digunakan oleh masyarakat sudah cukup canggih, apalagi masyarakat yang mempunyai ‘home stay’, mereka sudah menggunakan desain teknologi terkini untuk bisa menyesuaikan dengan perumahan-perumahan yang ada di kota-kota besar pada umumnya. Peralatan trasnportasinya pun sudah hampir menyaingi peralatan transportasi yang ada di kota-kota besar.
Namun apabila kita lihat pada aspek pertanian, masyarakat dieng masih menggunakan peralatan yang sederhana sekali, seperti cangkul, arit dan lain sebagainya. Membajak sawahpun kebanyakan masih menggunakan kerbau dan belum menggunakan mesin, begitu pula tata cara bertani lainnya, dari mulai memupuk, menyiram, merawat serta memanen tanaman masih menggunakan teknik yang sangat sederhana atau bisa kita sebut dengan tradisional. Entah kenapa atau mungkin masyarakat masih memikirkan resiko yang diakibatkan oleh alat-alat bertani yang berat sehingga masyarakat lebih memilih bertani secara primitive (sederhana). Masyarakat Dieng berfikir mungkin dengan bertani menggunakan alat-alat yang sederhana dapat mencegah terjadinya resiko besar yang kian kerap kali terjadi di kota-kota yang telah menggunakan hi-technology.
F.    BAHASA
Masyarakat Dieng selain menggunakan bahasa jawa sebagi bahasa sehari-harinya mereka juga bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan cukup baik dan benar. Bahasa Indonesia digunakan untuk berbicara kepada para pengunjung yang tidak mengerti bahasa Jawa, selebihnya masyarakat Dieng menggunakan bahasa jawa untuk berinteraksi antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
G.   KESENIAN
Salah satu kesenian tradisional yang mewarnai kehidupan masyarakat dieng adalah “Topeng Lengger”,  Topeng Lengger adalah sebuat tarian yang diangkat dari cerita rakyat tentang kisah percintaan “Panji Asmaubau dan Garut Candrakirana”. Keunikan lain dari dataran tinggi dieng adalah adanya anak-anak berrambut gembel, rambut yang melekat satu sama lain ini sulit dipisahkan. Tidak ada yang tau penyebabnya tetepi awalnya adalah panas tinggi yang tidak sembuh-sembuh, ada yang percaya bahwa anak yang berambut gembel ini membawa berkah atau sial.
Untuk memotong rambut gembel anak-anak itu harus diadakan acara ruatan, yaitu upacara untuk membebasan si anak dari pengaruh buruk.
Pada kesempatan ini orang tua harus memberikan apa saja yang menjadi permintaannya. Setelah dipotong nantinya rambut akan tumbuh normal kembali, selanjutnya potongan rambut gimbal di hanyutkan ke sungai serayu, sebagai lambang hanyutnya kesialan yang ada pada anak tersebut. Sungai serayu yang menjadi salah satu nadi kehidupan di daerah dieng bagian selatan ini berawal dari sebuah pancuran yang ada di dataran tinggi dieng kabupaten wonosobo (Tuk Bimolukar).
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Dataran tinggi Dieng adalah kawasan yang terletak di tengah-tengah Pulau Jawa (seumpama ditarik garis diagonal pada peta Pulau Jawa) dan sebuah tempat yang menakjubkan dan kaya akan beragam keunikan budaya.
Dieng berada dalam 5 wilayah kabupaten yaitu: Batang, Kendal, Temanggung, Wonosobo dan Bajarnegara. Letak astronomis ada pada sekitar 7,20º Lintang Selatan dan 109,92 º Bujur Timur dan pada ketinggian ± 2.095m dpa. Mungkin kalau pada Google Earth bisa dimasukkan Latitude: -7,20 dan Longitude: +109,92.
Nama Dieng (konon) berasal dari bahasa Indonesia Purba (sebelum bahasa Kawi) atau mungkin bahasa Sunda Kuna dan bukan bahasa Sansekerta, “Di” dan “Hyang” yang berarti Kediaman Para Dewa ( The Gods Abode). Dari kawasan Dieng ini, sumber mata air Sungai Serayu berada.
 Sungai Serayu adalah sungai yang mengalir di daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bermuara di Cilacap. Sumber mata air ini disebut dengan Tuk Bimo Lukar (Mata-air Bimo Lukar). Tuk Bimo Lukar selain sebagai mata air Sungai Serayu konon juga dipercayai dapat membuat awet muda.
Sedagnkan Candi-candi di Dieng dipercaya sebagai tanda awal peradaban Hindu di Pulau Jawa pada masa Sanjaya pada abad ke-8. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gugusan candi di Dieng yang konon untuk memuja Dewa Syiwa.Candi-candi tersebut antara lain: Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, Candi Gatot Kaca. Sedangkan untuk penamaan candi-candi itu sendiri dipercaya baru dimulai pada abad ke-19. Hal ini ditunjukkan dengan adanya relief-relief yang ada pada candi tersebut. Misalnya pada Candi Srikandi, relief yang terlukis justru merupakan penggambaran dari wujud Dewa Syiwa.Candi-candi tersebut dibangun dengan menggunakan konstruksi batu Andesit yang berasal dari Gunung Pakuwaja yang berada di Selatan komplek Candi Dieng.
Dieng terbentuk dari gunung api tua yang mengalami penurunan drastis (dislokasi), oleh patahan arah barat laut dan tenggara. Gunung api tua itu adalah Gunung Prau. Pada bagian yang ambles itu muncul gunung-gunung kecil yaitu: Gunung Alang, Gunung Nagasari, Gunung Panglimunan, Gunung Pangonan, Gunung Gajahmungkur dan Gunung Pakuwaja. Beberapa gunung api masih aktif dengan karakteristik yang khas. Magma yang timbul tidak terlalu kuat tidak seperti pada Gunung Merapi. Sedangkan letupan-letupan yang terjadi adalah karena tekanan air bawah tanah oleh magma yang menyebabkan munculnya beberapa gelembung-gelembung lumpur panas. Fenomena ini antara lain dapat dilihat pada Kawah Sikidang atau Kawah Candradimuka .
Untuk antisipasi terjadinya bahaya vulkanik Direktorat Vulkanologi dan MITIGASI Bencana Geologi secara terus menerus memantau aktifitas vulkanik di Pegunungan Dieng.


B.     Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya pada kalangan orang-orang yang sedang memperdalam ilmu Geografi untuk lebih mempelajari kembali dan mengkaji dengan teliti tentang tenpat-tempat yang cukup indah serta memiliki potensi yang cukup atau bahkan sangat bagus baik itu pemanfaatannya dalam kepariwisataanya ataupun pada aspek lain. Karya tulis ini bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan tentang keterangan suatu tempat yang memiliki potensi besar dalam pemanfaatanya oleh manusia  pada berbagai aspek. Masih banyak sumber literatur  lain yang dapat dipelajari untuk menambah wawasan kita tentang tempat-tempat menarik yang memiliki potensi besar dalam penggunaanya oleh manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Dosen, Tim. (2010). Pedoman Praktek Kuliah Lapangan  (PKL) Dataran Tinggi Dieng – Cilacap Jawa Tengah. Tasikmalaya.



1 komentar:

Fajrin M. Ligor mengatakan...

Maaf Tanpa Foto, hihii

Posting Komentar

 
;