Rabu, 14 Maret 2012

Rumah Sakit Komedi..


Sabtu, 14 Januari 2012.

Hari ini adalah hari sabtu, (yaahh uda jelas tertera di atas juga kan ada,,), maksudnya ini adalah weeekand, dimana anak2 kostan pada pulang ke rumahnya masing2 (ooo..iyya lupa ga keceritain kalo aku sekarang uda ada di tempat aku menuntut ilmu, “Tasikmalaya” kebanyakan orang menyebutnya), yaah uda jadi kebiasaan mungkin aku harus menjalani weekand yang selalu sendiri. Weekand kali ini mungkin agak berbeda karena salah satu teman kostn aku, kalo ga salah angga namanya (ini uda agak gila kali, masa temen kostn selama 3tahun enggak hapal namanya. yaudah lah ga penting) meminta aku buat nemenin dia ke Rumah Sakit, pasalnya temennya ada yang masuk sana, entah penyakit apa gak tau epilepsi, autis, atau kali aja tu anak lagi maen2 di itu RS dan dia tiba2 nyasar gitu aja, entahlah huallohualam.

Setelah ngobrol2 , ternyata dugaanku sedikit meleset konon temennya itu masuk rumah sakit gara2 ingusan (ini gak penting banget, masa masuk rumah sakit Cuma gara2 ingusan doang) maksudnya ingusan komplikasi sama penyakit dalam seperti typoid, malaria, panas, dkk, tuturnya. Merasa iba karena angga mau menjenguk temennya yang ada di RS aku pun dengan tulus mengantar dia pergi ke RS. Pada pukul 12.00 tepat kami pun berangkat bersama teman2 lain yang hendak menjenguk.

Setelah sampai di TKP (Tempat Komedi Perkara), angga langsung masuk ke RS namun temannya memanggil dan berkata “kamu gak bawa apa2??”, angga pun menepuk kepala “ooo iyaaa, aku lupa!! Helemnya ketinggalan di motor!” (plaakkk), “aduuhhh bukan itu bego, maksudnya masa kamu enggak bawa makanan buat yang sakit!!!” tuturku. “Ooohh itu”, ia pun menjawab polos, berhubung RumahSakit jauh dari mana2, menempuh jalannya pun mesti melewati 7gunung 4danau 2samudra 3rawa dan 1kandang Naga (gila, ini jalan mau ke Rumah Sakit atau ke Neraka), tapi untungnya RS yang bersangkutan berada di tempat ramai sehingga memudahkan kami untuk mencari sesuap makanan untuk orang yang hendak kami jenguk. Akhirnya kami pun menemukan makanan yang tepat, yaitu Korek Kuping!! (ini kayanya lebih tepat disebut membunuh dari pada menjenguk), setelah membeli makanan kami pun bergegas menuju Rumah Sakit tersebut. Sesampainya di dalam ruangan kami pun dengan polos berjalan ke arah depan tanpa menghiraukan keadaan sekitar (ma’lum udah biasa jalan di hutan). Di depan terdapat pilihan jalan yang sangat membingungkan dan sangat membuat kami berfikir keras, jalan kiri naik tangga sedangkan jalan kanan naik lift, yang membuat kami kebingungnan setengah mati kami sendiri tidak tahu lantai berapa yang akan kami tuju, atau jangan2 tuh pasien di rawat di meja resepsi lagi. Tak lama kemudian kami mendengar bunyi sesuatu yang sangat misterius, fikirku “apakah ini bunyi alarm RS??? aku dan temen2 kan gak bawa apa2, Cuma makanan doang apa itu melanggar hukum???” setelah diselidiki ternyata itu bunyi nada dering pesan handphone salah satu teman ku, seketika dia berkata “ayo ke lantai 3, dia dirawat di lantai 3 ruang utama 3.4” wawwww,, ini orang sakti bangeet bisa tau tu lokasi tanpa bertanya, (plakkkk, kan tadi baca sms. Dasar bodohh!). Tanpa fikir panjang kami pun segera menaiki lift dan meunju lantai 3.

Sesampainya di lantai 3 kamipun tercengang karena kami bingung harus kearah mana kami meneruskan perjanan yang amat panajang ini, (ya allaaah semoga ini cepat berakhir, doaku putus asa), perasaan kami semakin tidak menentu karena kami bingung mesti kepada siapa kami bertanya, tidak ada siapapun di lantai ini kecuali ibu2 yang sedang bergosip dan memandang sinis, kamipun enggan bertanya karena kami takut ibu itu adalah monster penjaga rumah sakit atau mungkin psikopat yang sedang kabur dari karantinanya, satu2nya harapan adalah ikan yang sedang asyik berenang-renang santai di akuarium, namun setelah kami tahu bahwa usaha kami itu sia2 kami langsung melihat denah atau peta rumah sakit tersebut karena kami fikir kalau hanya diam saja mungkin tidak aka nada hasil yang didapat (kenapa gak dari tadi bego !!!). Setelah kami mendapati ruangan yang kami tuju, kami pun bergegas menuju ruangan tersebut dengan menaiki naga yang telah terparkir sebelumnya (bohong dink, mana ada naga di rumah sakit, yang ada juga kursi roda itu juga kalo mau pinjem mesti bisa tahan menghadapi pelototan pengurus RS). Lorong demi lorong kami lewati, dan akhirnya kami pun kembali dibingungkan oleh lorong yang terdapat didepan kita, kita bingung karena ruangan yang menjadi tujuan kami berada pada sebrang lorong tersebut sedangkan pada kaca tertempel tulisan “bukan lorong untuk jenguk”, kami pun termenung dan saling bertatap kemudian duduk membaca surat yasin selama 7malam  agar dapat petunjuk.

Entah kenapa atau mungkin ritual yang kami lakukan sukses besar akhirnya kami mendapatkan wahyu, seketika ada orang yang lewat menerobos lorong tersebut (entah dia tidak membaca atau pura2 gak baca atau mungkin sengaja, yaaah huallohualam) dan kami pun segera mengikuti orang tersebut menuju lorong misterius itu. Kami fikir kami akan segera kena semprot petugas RS, namun ternyata lebih parah lagi setelah kami melanggar rambu2 tersebut kami malah dibiarkan lewat bagitu saja (parah), seketika kami pun sadar ternyata kami benar2 berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena apa? Karena kita punya selogan yang sudah tidak asing lagi yaitu “Peraturan dibuat Untuk dilanggar” (endonesa-endonesa, mau jadi apa Negara ini). Setelah puas berjalan dilorong seraya menikmati pemandangan aneh disekitar, kami pun tiba di depan sebuah pintu, sebuah pintu misterius, seketika suasana menjadi menegangkan seakan diiringi lagu kematian, kami pun menjadi sangat gugup ketika hendak membuka pintu tersebut. Suasana lebih menegangkan lagi ketika kita melihat tulisan yang tertera di atas pintu tersebut, tulisan yang mungkin aku tidak pernah lupa seumur hidupku, tulisan yang tertera di sebuah papan dan berbentuk dua kalimat “kamar utama 3.4”. Salah satu temanku kemudian berkata, sekali lagi kata2 yang sungguh membuatku terkejut dan kata2 yang takkan pernah ku lupa dalam hidupku, ditengah tegangnya suasana ia pun berkata “nah ini kamarnya, mari masuk..” (gila, ringan banget tuh ngmong, nganggap enteng banget suasana, ato aku yang terlalu mendramatisir, entahlah).

Kami pun masuk ke ruangan seraya mengetuk pintu dan membacakan ‘salam’, “assalamu’alaikum” tutur kami, “wa’alaikum salam” terdengar jawaban dari dalam ruangan, kami pun bergegas mendekati mereka yang ternyata adalah orang tua pasien yang hendak kami jenguk, kami pun terdiam setelah melihat pasien yang tidak lain ialah teman kami (tepatnya teman angga, kalo aku nyebutnya temen dari temenya aku si angga ), ternyata pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri, banyak sekali suntikan dan kabel disana-sini serta tak lupa terlihat benda yang menyerupai mesin (entah mesin penggiling tepung ato apalah mungkin sejenisnya yang terdapat disekitarnya), fikirku “ini orang apa robot???” segala nempel, haruuh. Hati kami serempak menjadi pilu ketika melihat keadaan orang tua teman kami yang bersedih tiada henti. Terlintas dalam fikiranku ketika melihat keadaan mereka, “seharusnya aku lebih bisa bersyukur lagi, karena masih bisa diberi kesehatan sampai detik ini”. Llihatlah, betapa banyak biaya yang dikeluarkan orang tua teman kami untuk biaya pengobatan ini itu, belum lagi perawatan dan lain sebagainya (benar adanya ternyata kalau sehat itu mahal harganya), tak terasa kamipun merenung selama 7hari.

Ditengah-tengah keheningan tiba2 datang sesosok makhluk dari balik pintu, tanpa mengucapkan salam dan say hello sedikitpun tiba2 makhluk tersebut bersama pasukannya menerobos memecahkan suasana hening seraya berkata “itu tidak bisa, dalam undang2 pasien kan sudah ditegaskan bahwa pasien dapat memilih obat yang dikehendaki, baik itu obat murah, maupun obat generik, kewenangan mutlak itu berada di tangan pasien, ya pak ?!” kami pun spontan tercengang melihat sepenggal cerita pengantar tidur barusan. Sambil menatap heran dalam hati ku bicara “ini makhluk planet mana, perasaan dari tadi enggak keliatan ada UFO diparkir di parkiran RS deh, ato jangan2 ini makhluk datengnya lewat bawah tanah??? Mungkin ini yang dinamakan jin dasar bumi”. Selanjutnya keluarga yang bersangkutan pun mengobrol panjang lebar dengan makhluk tersebut, kami hanya mendengarkan dan mengangguk tersenyum (sambil gak ngerti, ngooomongg opooooo iki). Meskipun enggak terlalau ngerti dengan apa yang makhluk itu paparkan namun stidaknya kami menangkap sedikit percakapan dari makhluk tersebut, (sambil logat agak medok jawa) “duuh bingung yaa pa, saya harus memulai darimana bicaranya (fikirku, diawali bacaan basmalah aja om,,), sebenarnya gini ya pak, di jawa barat sudah banyak terjadi banyak kasus, bukan di jawa barat aja sebenarnya di pulau jawa bahkan mungkin di Negara Indonesia ini itu sebenarnya pemerintahnya goblok2 pak, system macam apa ini yang membiarkan rakyatnya dalam kesengsaraan. Mungkin sebetulnya ini lebih bisa dikatakan adzab dari yang maha kuasa kepada negeri kita yang menyia2kan pemberiannya. Bayangkan penyakit ada dimana2 dan ini bisa dipastikan penyebabnya adalah makanan, saya tidak tahu anak bapa makan apa kan kemarin atau tempo hari lalu, huallohualam (hei hei, boro2anda, orang yang deket terus ma dia juga gak tau tuh). Kalau misalnya gubernur mau turun tangan memberantas masalah ini dengan memberikan seminar2 kepada masyarakat tentang makanan yang sehat dan bergizi, sepertinya masalah ini bisa dihindari (elu fikir dengan gubernur turun tangan ini orang bisa tiba2 sembuh aja, gitu.. eh tapi, pandangan orang ini bertolak belakang sama polisi, kalau polisi menagkap penjahat kan pasti nyuruh angkat tangan, nah dia nyuruh turun tangan, hehe). Mungkin pak, kita harus sering berdoa dan memohon agar dikasih rezeki, kemarin kita sudah coba obat yang bagus namun tubuh ananda putri bapak menolak, nah itu yang dinamakan belum rezekinya, padahal obatnya sudah bagus dan mempunyai nilai jual tinggi, yaahh.. kita berdoa bersama saja pak untuk keselamatan putri bapak, yaa pak” tutur makhluk itu. (gila, ini makhluk seminar lama banget aku nunggunya mpe bertaun-taun). Setelah selesai memaparkan penjelasannya, orang tua pasien pun bertanya “dok, apa keadaan putri saya sudah bisa di perkirakan?” (ahaaaa! Setelah sekian lama diselidiki dan menemukan baerbagai bukti serta saksi, juga hasil dari memilih menimbang memikirkan dan menyimpulkan, akhirnya kami tahu dan memutuskan bahwa makhluk aneh yang dateng tiba2 dengan paukannya dan berpakaian putih2 persis lemper bungkus berjalan itu ternyata dokter spesialis di RS ini, oh oh oh … that I know). Kemudian dokter itupun menjawab dengan santai “kita bisa belum bisa mendiagnosa, toh kita tanya dia pun kan tidak menjawab (ya iyalah orang ga sadar, om dokter gimana siihh), mungkin kita bisa tau kondisi secara pasti ketika keadaan dia sudah membaik, yaaa pak ..” seketika dokter itupun pergi dengan menggunakan naga yang diparkir di depan pintu, ditemani oleh asistennya (bohong dink, orang jalan kaki juga).

Setelah mendengar seminar makhluk.. ekhmm maksud aku om dokter tadi, kami lebih faham bagaimana kondisi teman kami, suasana semakin sedih ketika kami menyaksikan sendiri ibu dari teman kami menangis berurai air sirop marjan, (husss, maksudnya air mata), karena tak tega melihatnya, kamipun bergegas tuk pamitan dan segera meninggalkan TKP (maaf kawan, kami hanya bisa memberimu doa dan dukungan, semoga engkau lekas sembuh dan dapat melakukan aktivitas kembali seperti sedia kala…).

Di perjalanan pulang..

Kami menyusuri kembali lorong yang telah kami lewati pada petualangan sebelumnya, dan tiba di depan pintu lift, tak lama kami pun naik dan menuju lantai 6 (loh bukanya parkiran ada di lantai dasar) oohhh tidak ternyata teman kami dengan sengaja memijit angka 6 yang terdapat dalam lift tersebut dengan alasan “jalan2 dikiiit” (polos biadab). Selama di perjalan meuju lantai 6 saya melihat rambu2 yang dipasang di lift tersebut, dan alangkah terkejutnya ketika membaca keterangan dari ruangan yang ada pada tiap lantainya, ternyata dalam keterangan tersebut hanya sampai lantai 5, lahhhh terus lantai 6?????? Fikiranku mulai kacau, aku mulai berfikir serius “jangan2 di lantai 6 itu tempatnya orang2 yang tidak terselamatkan ketika di rawat di RS, atau mungkin saja lantai 6 itu lantai terlarang yang mungkin saja didalamnya terdapat kandang naga atau kandang dinosaurus dan rekan seperjuangannya (ngaco0). Setelah kami sampai di lantai tujuan, alangkah terkejutnya dan kami dikagetkan oleh keadaan di lantai tersebut, begitu pintu lift terbuka kami merasa takjub dan mungkin ini menjadi pengalaman yang takkan terlupakan astagfirullaaahh, di lantai 6 kami melihat sosok ruangan kosong yang tidak ada apa2nya, yaaahhh kosong, kosong banget pokoknya sampe enggak bisa ditawar, pokoknya aku bilang kosong yaaa kosong, ngotot amat sih! Setelah menikmati lantai 6 (apa yang dinikmati, ruangan kosong gitu) kami pun bergegas menuju lantai dasar dimana kami memarkir kendaraan kami yaitu tankbaja ala jaman penjajahan sewaktu endonesa di jajah jerman barat (emang pernah??) yahh kita sebut dengan sebutan sepeda motor aja biar simple. Setelah sampai, kamipun segera menaiki kendaraan tersebut dan pergi meninggalkan bangunan misterius tersebut dengan nyawa masih dikandung raga. Alhamdulillah kami masih diberi keselamatan, dan masih bisa meneruskan hidup kami ketika telah menyelesaikan petualangan menyeramkan dan menegangkan itu, (doaku).

Untuk temanku (maksudnya temen dari temen aku yang namanya angga) : “Lekas sembuh kawan, ingatlah dunia menantikan kehadiranmu kembali, yaaahhh kehadiranmu untuk membawa dunia kedalam keadaan lebih baik, bahkan sangat baik. Diluar sana banyak yang membutuhkan kehadiranmu, (kamu kan multifungsi, bisa disuruh ini itu, cuci piring dsb #becanda. Hehe). Kami pun  sangat menantikan kehadiranmu kembali, kami rindu, yaaahh rindu akan canda tawa mu, rindu akan kebersamaan denganmu dan tentunya rindu akan tingkah lakumu yang selalu membuat ku termotivasi kearah yang positif dan mendorong ku menjadi lebih baik (meskipun aku enggak kenal, tapi aku bisa rasakan itu.. #Lahhh terusssssss ucapan barusan yang diatas itu apaaaaaaaaa ..). Sehat kembali kawan, kami menunggu . . . .”

Joy,,



0 komentar:

Posting Komentar

 
;