Aku terlahir dengan tubuh yang bisa dibilang cukup
sempurna, yah.. bagaimana tidak, saat itu 4 Oktober 1991 ketika fajar mulai
menyingsing, pada saat bersamaan pula lahirlah seorang anak pertama laki2
dari pasangan suami istri.. anak dengan kulit putih, berat badan yang bisa
dikatakan baik bahkan sangat bagus untuk ukuran bayi yang baru lahir. Alangkah
bahagia kedua pasangan suami istri itu, mereka bisa melahirkan anak pertamanya
dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.. yah siapa lagi kalau bukan aku yang
mereka lahirkan, Fajrin Milady Ligor, itulah
nama yang mereka anugerahi kepada seorang anak kelahiran 4 oktober itu…
Seiring dengan berjalannya waktu, anak itu tumbuh
dengan sangat bahagianya, segala kecukupan dan kebutuhannya selalu terpenuhi,
bahkan mungkin lebih dari terpenuhi. Sebagai anak pertama, wajar lah jika orang
tua selalu memberikan yang terbaik, apapun yang diinginkan selalu terpenuhi dan
bahkan kebutuhan yang sekiranya belum dibutuhkanpun telah siap tersedia demi
sang buah hati tercinta… sungguh indah sekali kehidupanmu nak .. hari semakin
berlalu, semakin berkembang pula tubuhmu, yaah tubuh yang perlahan semakin
beranjak dewasa diiringi oleh berkurangnya usia yang berarti semakin dekat
dengan kematian.. semua berjalan sesuai
dengan apa yang diingikan, apa yang diharapkan, dan sesuai dengan apa yang
menjadi angan.. sampai saat itu tiba …
Yaah, mau enggak mau akupun tumbuh dan berkembang..
namun apa yang aku rasakan sekarang berbeda dengan apa yang aku rasakan
semenjak aku kecil. Dulu aku dimanja, diperhatikan, apa yang menjadi kebutuhan
aku selalu terpenuhi.. namun setelah adik ku ikut terjun mengarugi arus
kehidupan ini, perhatian orang tuaku berpalingepenuhnya. Masa-masa keemasan
dulu yang aku dapat kini hilanglah sudah.. apa yang adikku inginkan itulah yang
menjadi prioritas utama, meskipun terkadang kebutuhanku jauh lebih penting
daripada kebutuhan “iseng” adikku itu, namun mau tidak mau aku selalu
menjadi yang kedua.. Saat itu aku merasa bahwa aku itu ditirikan, hidup
bagaikan sebatang kara, jangankan untuk memohon merengek meminta sesuatu,
meminta perhatian dan kasih sayangpun sepertinya mereka enggan memberikannya
kepadaku, entah aku yang kurang peka terhadap kasih sayang mereka atau mungkin memang
benar keadaanya aku tidak lagi diperhatikan, entahlah… namun yang aku rasa aku
memang seperti yang tidak diharapkan
lahir kedunia.
Sering terlintas dalam benakku, apakah mungkin aku
seperti ini karena ulahku sendiri??? semenjak aku menginjak bangku SD, aku yang
tadinya hidup dikekang dan enggak boleh sama sekali untuk mengenal “dunia luar” perlahan menyusup,
membantah, melanggar aturan main yang telah ditetapkan sang kepala keluarga.
Dari situlah beliau mungkin merasa tidak dihargai karena anak yang diemaskannya
telah membangkang apa yang telah menjadi komitmennya, beliau murka dan mungkin
juga beliau menyesal telah melahirkan
aku kedunia, walau terkadang aku juga sadar bahwa tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya walaupun anaknya itu
telah berlumuran dosa sekalipun! Tapi dalam benak ini selalu terlintas
fikiran, mungkin dalam hati orang tuaku selalu terlintas kalimat wahai ananda, untuk apa sesungguhnya aku
melahirkanmu ke dunia dengan mempertaruhkan nyawa ibumu jika apa yang kau
lakukan hanya untuk menentang apa yang menjadi keinginanku..
Dari situlah, dari pengalaman itu, berdasarkan hasil
pemikiran demikian dan juga disertai rasa depresi karena merasa anak yang ditirikan, aku putuskan untuk
selalu membangkang aturan main yang udah ditetapkan oleh orang tuaku, itu juga
aku lakukan karena ingin mendapatkan perhatian dari mereka. Aku membangkang,
selalu mencela dan tidak sedikitpun patuh terhadap apa yang diperintahkannya,
aku selalu enggan untuk bertatap muka dengan mereka walau kami hidup satu atap,
saat itu aku sangat membenci mereka! Yahh
membenci perhatian mereka yang sama sekali tidak pernah ada untuk aku! sampai
aku menginjak bangku SMA, kehidupanku selalu seperti itu, apa yang yang menjadi
kebutuhanku, tidak pernah mereka penuhi kalau aku tidak memaksakan kehendak
itu! Bahkan terkadang administrasi sekolahpun selalu mereka abaikan, berbeda
dengan adikku yang selalu menjadi prioritas, jangankan untuk administrasi untuk
fasilitas belajarnya pun disediakan dengan lengkap, sedangkan aku sekolah hanya bermodalkan nekat dan satu
buah balpoin dengan secarik kertas lusuh di genggaman tanganku, ironis
sekali, terkadang aku selalu menagis menghadapi realita kehidupan ini,
terkadang aku selalu berseru dalam hati, oooh
tuhaan! Apakah memang benar keberadaanku di dunia ini sungguh tidak ada yang
mengharapkannya???????..
Detik demi detik, jam, hari, bulan dan tahun demi
tahun aku lewati dengan penuh keputusasaan, tentunya tak lupa dengan depresi
yang selalu mengintaiku dipundak ini, mengikutiku, dan selalu temaniku dikala
aku sangat merasa kesepian, terkadang mengakhiri
hidup ini mungkin merupakan jalan terbaik untuk bisa keluar dari dinamika
arus kehidupan yang sedang aku arungi ini... selama lebih dari 10 tahun aku
hidup dibawah tekanan batin dari orang tuaku, bagaimana aku bisa berekspresi sedangkan fasilitas yang aku butuhkan
saja selalu tidak terpenuhi. Aku selalu merasa menjadi “seekor anak ikan yang berada di akuarium” selintas aku memang
seperti orang yang berkecukupan lebih, karena aku selalu diurusi oleh
majikannya, keelokanku selalu menjadi tontonan orang yang lalu lalang, namun
pada kenyataanya aku serasa dikekang, hidupku bergantung kepada orang yang
memberiku makan, aku tidak bisa mencari makan sendiri karena terhalang oleh
kaca raksasa yang memisahkanku dari habitatku, begitu juga dengan teman2ku,
dan akupun tak mampu untuk mengeksplor luasnya dunia karena aku selalu berada
di tempat yang sama di setiap waktu, seperti itulah duniaku kawan…
Bahkan sampai sekarang, perlakuan seperti itu masih
sering aku dapatkan dari orang tuaku. Well, walapun mungkin terkadang mereka
sekarang sedikit memperhatikanku mungkin yaah karena sebagai bentuk apresiasi
terhadapku yang kian kerap mendapatkan prestasi (walaupun tak seberapa).
Walaupun memang masih terasa sakitnya dalam batin ini akan perlakuan mereka,
namun aku yang kali ini berbeda dengan aku yang dulu, semenjak aku akrab dengan
salah seorang yang benar2 memberiku motivasi dalam hidup dan
memberikan pencerahan dalam hidupku serta membuat aku faham tentang arti pentingnya hidup dibanding mati
terkapar tak berguna.. aku mendapatkan motivasi serta bimbingan2
yang memang belum pernah aku dapati sebelumnya, sehingga dari saat itu aku
mulai optimis menghadapi berbagai macam dinamika dunia, walau terkadang aku
memang sadar untuk memecahkan karang
sangatlah sulit jika hanya menggunakan tetesan air.. namun tak lepas juga
dari pepatah “cikaracak ninggang batu
laun-laun jadi legok” yang artinya meskipun sekokoh-kokohnya batu,
sekuat-kuatnya batu akan lapuk juga jika terus mendapatkan hantaman air yang
meskipun hanya setetes demi setetes.. kini aku bukanlah seekor anak ikan yang
hanya bisa meratapi kebebasan serta keindahan di luar sana dari balik kaca
akuarium yang membentang menjadi penghalang, namun aku ialah ikan yang mampu
melompat dari akuarium untuk menikmati kehidupan diluar sana yang memang belum
pernah aku alami sebelumnya, persoalan jika setelah melompat apakan aku akan
terkapar dijalanan lantas dimakan kucing dan mati, atau aku masuk ke selokan
yang akan menghantarku ke tempat pembuangan dan aku terjebak dalam kawasan air
yang terkontaminasi lalu mati perlahan, atau justru aku masuk ke selokan yang
arusnya mengantarkanku ke dermaga dan menjumpai sang lautan lepas!!!!!! Itu
hanyalah persoalan pilihan, bagaimana keyakinan kita untuk menjalani hidup
selanjutnya setelah apa yang telah kita putuskan sekarang…. Pilihan hidup ada ditangan kalian sendiri
kawan!!!
Satu lagi yang tidak akan pernah aku lupakan dari
pengalaman hidup ini, dengan adanya blacklist
saat aku kecil, aku sekarang dipertemukan dan mampu menjiwai apa itu yang
dinamakan ilmu psikologi! Berkat blacklist itu juga aku sekarang bisa
seperti sekarang ini tergila-gila dan haus akan apa yang namanya ilmu psikologi, dan memiliki keinginan
kuat UNTUK MENJADI SEORANG PSIKOLOG
(KONSELOR)!!!!!!!!! Memang benar apa yang dikatakan teman aku dalam
pepatahnya, “belajarlah dari pengalaman,
karena sesungguhnya itu yang akan membawamu kepada kesuksesan dalam menaungi
derasnya arus kehidupan”. Well meski terkadang aku selalu menyesal karena
keadaan fisik tubuh aku ini sangat sekali kekurangan, yupp itu semua dikarena
perlakuanku saat aku kecil yang selalu membangkang kepada orang tua, tidak
menuruti dan selalu mencela nasihat orang tua.. sepertinya tuhan menghukum aku
atas apa yang telah aku lakukan saat itu.. jika aku boleh aku mengeluh “sesungguhnya aku amat menyesali
perbuatanku (dulu) yang telah mengantarku kepada keadaan(fisik)ku menjadi
seperti sekarang ini, jika boleh.. aku ingin mendapatkan kepercayaan-Mu kembali
dengan mendapatkan apa yang Engkau berikan sedia kala saat aku baru
menghabiskan beberapa hela nafas di dunia ini, jika itu terjadi sesungguhnya
aku akan selalu menjaga kepercayaan-Mu terhadapku dengan tidak
menghianatinya(lagi) dengan apa yang telah Engkau titipkan kepadaku, wahai
Tuhanku…
Namun, disisi lain aku juga percaya.. apa yang
diberikan terhadapku sekarang ini merupakan bukti dari kasih sayang tuhan
terhadapku, karena dengan memberikan keadaan seperti ini, aku jadi bisa
barusaha berfikir keras untuk membuat keadaanku menjadi jauh lebih baik, dan
tentunya menjadi lebih berkualitas.. semakin
kompleks masalah yang dihadapi, maka semakin tinggi pula kualitas orang
tersebut… teringat pepatah yang sering dilontarkan sahabatku yang kebetulan
juga seorang aktifis, dalam kalimatnya “ombak yang tenang tidak akan menghasilkan
pelaut yang tangguh”
Well, saya ijoy mohon pamit undur diri.. semoga post
kali ini bisa menjadi referensi untuk motivasi hidup temen2 dalam
menaungi derasnya arus kehidupan ini …
Salam hangat, tetaplah semangat, senyumlah selalu dan sampai
berjumpa kembali pada postingan berikutnya .. dadah …
Joy,, J
Kenangan yang tak kan pernah terulang . . . . . .
0 komentar:
Posting Komentar