Kamis, 23 Agustus 2012

My Life Story

Selasa, 21 Agustus 2012
Aku terlahir dengan tubuh yang bisa dibilang cukup sempurna, yah.. bagaimana tidak, saat itu 4 Oktober 1991 ketika fajar mulai menyingsing, pada saat bersamaan pula lahirlah seorang anak pertama laki2 dari pasangan suami istri.. anak dengan kulit putih, berat badan yang bisa dikatakan baik bahkan sangat bagus untuk ukuran bayi yang baru lahir. Alangkah bahagia kedua pasangan suami istri itu, mereka bisa melahirkan anak pertamanya dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.. yah siapa lagi kalau bukan aku yang mereka lahirkan, Fajrin Milady Ligor, itulah nama yang mereka anugerahi kepada seorang anak kelahiran 4 oktober itu…
Seiring dengan berjalannya waktu, anak itu tumbuh dengan sangat bahagianya, segala kecukupan dan kebutuhannya selalu terpenuhi, bahkan mungkin lebih dari terpenuhi. Sebagai anak pertama, wajar lah jika orang tua selalu memberikan yang terbaik, apapun yang diinginkan selalu terpenuhi dan bahkan kebutuhan yang sekiranya belum dibutuhkanpun telah siap tersedia demi sang buah hati tercinta… sungguh indah sekali kehidupanmu nak .. hari semakin berlalu, semakin berkembang pula tubuhmu, yaah tubuh yang perlahan semakin beranjak dewasa diiringi oleh berkurangnya usia yang berarti semakin dekat dengan kematian..  semua berjalan sesuai dengan apa yang diingikan, apa yang diharapkan, dan sesuai dengan apa yang menjadi angan.. sampai saat itu tiba …
Yaah, mau enggak mau akupun tumbuh dan berkembang.. namun apa yang aku rasakan sekarang berbeda dengan apa yang aku rasakan semenjak aku kecil. Dulu aku dimanja, diperhatikan, apa yang menjadi kebutuhan aku selalu terpenuhi.. namun setelah adik ku ikut terjun mengarugi arus kehidupan ini, perhatian orang tuaku berpalingepenuhnya. Masa-masa keemasan dulu yang aku dapat kini hilanglah sudah.. apa yang adikku inginkan itulah yang menjadi prioritas utama, meskipun terkadang kebutuhanku jauh lebih penting daripada kebutuhan “iseng”  adikku itu, namun mau tidak mau aku selalu menjadi yang kedua.. Saat itu aku merasa bahwa aku itu ditirikan, hidup bagaikan sebatang kara, jangankan untuk memohon merengek meminta sesuatu, meminta perhatian dan kasih sayangpun sepertinya mereka enggan memberikannya kepadaku, entah aku yang kurang peka terhadap kasih sayang mereka atau mungkin memang benar keadaanya aku tidak lagi diperhatikan, entahlah… namun yang aku rasa aku memang seperti yang tidak diharapkan lahir kedunia.
Sering terlintas dalam benakku, apakah mungkin aku seperti ini karena ulahku sendiri??? semenjak aku menginjak bangku SD, aku yang tadinya hidup dikekang dan enggak boleh sama sekali untuk mengenal “dunia luar” perlahan menyusup, membantah, melanggar aturan main yang telah ditetapkan sang kepala keluarga. Dari situlah beliau mungkin merasa tidak dihargai karena anak yang diemaskannya telah membangkang apa yang telah menjadi komitmennya, beliau murka dan mungkin juga beliau menyesal telah melahirkan aku kedunia, walau terkadang aku juga sadar bahwa tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya walaupun anaknya itu telah berlumuran dosa sekalipun! Tapi dalam benak ini selalu terlintas fikiran, mungkin dalam hati orang tuaku selalu terlintas kalimat wahai ananda, untuk apa sesungguhnya aku melahirkanmu ke dunia dengan mempertaruhkan nyawa ibumu jika apa yang kau lakukan hanya untuk menentang apa yang menjadi keinginanku..
Dari situlah, dari pengalaman itu, berdasarkan hasil pemikiran demikian dan juga disertai rasa depresi karena merasa anak yang ditirikan, aku putuskan untuk selalu membangkang aturan main yang udah ditetapkan oleh orang tuaku, itu juga aku lakukan karena ingin mendapatkan perhatian dari mereka. Aku membangkang, selalu mencela dan tidak sedikitpun patuh terhadap apa yang diperintahkannya, aku selalu enggan untuk bertatap muka dengan mereka walau kami hidup satu atap, saat itu aku sangat membenci mereka! Yahh membenci perhatian mereka yang sama sekali tidak pernah ada untuk aku! sampai aku menginjak bangku SMA, kehidupanku selalu seperti itu, apa yang yang menjadi kebutuhanku, tidak pernah mereka penuhi kalau aku tidak memaksakan kehendak itu! Bahkan terkadang administrasi sekolahpun selalu mereka abaikan, berbeda dengan adikku yang selalu menjadi prioritas, jangankan untuk administrasi untuk fasilitas belajarnya pun disediakan dengan lengkap, sedangkan aku sekolah hanya bermodalkan nekat dan satu buah balpoin dengan secarik kertas lusuh di genggaman tanganku, ironis sekali, terkadang aku selalu menagis menghadapi realita kehidupan ini, terkadang aku selalu berseru dalam hati, oooh tuhaan! Apakah memang benar keberadaanku di dunia ini sungguh tidak ada yang mengharapkannya???????..
Detik demi detik, jam, hari, bulan dan tahun demi tahun aku lewati dengan penuh keputusasaan, tentunya tak lupa dengan depresi yang selalu mengintaiku dipundak ini, mengikutiku, dan selalu temaniku dikala aku sangat merasa kesepian, terkadang mengakhiri hidup ini mungkin merupakan jalan terbaik untuk bisa keluar dari dinamika arus kehidupan yang sedang aku arungi ini... selama lebih dari 10 tahun aku hidup dibawah tekanan batin dari orang tuaku, bagaimana aku bisa berekspresi sedangkan fasilitas yang aku butuhkan saja selalu tidak terpenuhi. Aku selalu merasa menjadi “seekor anak ikan yang berada di akuarium” selintas aku memang seperti orang yang berkecukupan lebih, karena aku selalu diurusi oleh majikannya, keelokanku selalu menjadi tontonan orang yang lalu lalang, namun pada kenyataanya aku serasa dikekang, hidupku bergantung kepada orang yang memberiku makan, aku tidak bisa mencari makan sendiri karena terhalang oleh kaca raksasa yang memisahkanku dari habitatku, begitu juga dengan teman2ku, dan akupun tak mampu untuk mengeksplor luasnya dunia karena aku selalu berada di tempat yang sama di setiap waktu, seperti itulah duniaku kawan…
Bahkan sampai sekarang, perlakuan seperti itu masih sering aku dapatkan dari orang tuaku. Well, walapun mungkin terkadang mereka sekarang sedikit memperhatikanku mungkin yaah karena sebagai bentuk apresiasi terhadapku yang kian kerap mendapatkan prestasi (walaupun tak seberapa). Walaupun memang masih terasa sakitnya dalam batin ini akan perlakuan mereka, namun aku yang kali ini berbeda dengan aku yang dulu, semenjak aku akrab dengan salah seorang yang benar2 memberiku motivasi dalam hidup dan memberikan pencerahan dalam hidupku serta membuat aku faham tentang arti pentingnya hidup dibanding mati terkapar tak berguna.. aku mendapatkan motivasi serta bimbingan2 yang memang belum pernah aku dapati sebelumnya, sehingga dari saat itu aku mulai optimis menghadapi berbagai macam dinamika dunia, walau terkadang aku memang sadar untuk memecahkan karang sangatlah sulit jika hanya menggunakan tetesan air.. namun tak lepas juga dari pepatah “cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok” yang artinya meskipun sekokoh-kokohnya batu, sekuat-kuatnya batu akan lapuk juga jika terus mendapatkan hantaman air yang meskipun hanya setetes demi setetes.. kini aku bukanlah seekor anak ikan yang hanya bisa meratapi kebebasan serta keindahan di luar sana dari balik kaca akuarium yang membentang menjadi penghalang, namun aku ialah ikan yang mampu melompat dari akuarium untuk menikmati kehidupan diluar sana yang memang belum pernah aku alami sebelumnya, persoalan jika setelah melompat apakan aku akan terkapar dijalanan lantas dimakan kucing dan mati, atau aku masuk ke selokan yang akan menghantarku ke tempat pembuangan dan aku terjebak dalam kawasan air yang terkontaminasi lalu mati perlahan, atau justru aku masuk ke selokan yang arusnya mengantarkanku ke dermaga dan menjumpai sang lautan lepas!!!!!! Itu hanyalah persoalan pilihan, bagaimana keyakinan kita untuk menjalani hidup selanjutnya setelah apa yang telah kita putuskan sekarang…. Pilihan hidup ada ditangan kalian sendiri kawan!!!
Satu lagi yang tidak akan pernah aku lupakan dari pengalaman hidup ini, dengan adanya blacklist saat aku kecil, aku sekarang dipertemukan dan mampu menjiwai apa itu yang dinamakan ilmu psikologi! Berkat blacklist itu juga aku sekarang bisa seperti sekarang ini tergila-gila dan haus akan apa yang namanya ilmu psikologi, dan memiliki keinginan kuat UNTUK MENJADI SEORANG PSIKOLOG (KONSELOR)!!!!!!!!! Memang benar apa yang dikatakan teman aku dalam pepatahnya, “belajarlah dari pengalaman, karena sesungguhnya itu yang akan membawamu kepada kesuksesan dalam menaungi derasnya arus kehidupan”. Well meski terkadang aku selalu menyesal karena keadaan fisik tubuh aku ini sangat sekali kekurangan, yupp itu semua dikarena perlakuanku saat aku kecil yang selalu membangkang kepada orang tua, tidak menuruti dan selalu mencela nasihat orang tua.. sepertinya tuhan menghukum aku atas apa yang telah aku lakukan saat itu.. jika aku boleh aku mengeluh “sesungguhnya aku amat menyesali perbuatanku (dulu) yang telah mengantarku kepada keadaan(fisik)ku menjadi seperti sekarang ini, jika boleh.. aku ingin mendapatkan kepercayaan-Mu kembali dengan mendapatkan apa yang Engkau berikan sedia kala saat aku baru menghabiskan beberapa hela nafas di dunia ini, jika itu terjadi sesungguhnya aku akan selalu menjaga kepercayaan-Mu terhadapku dengan tidak menghianatinya(lagi) dengan apa yang telah Engkau titipkan kepadaku, wahai Tuhanku…
Namun, disisi lain aku juga percaya.. apa yang diberikan terhadapku sekarang ini merupakan bukti dari kasih sayang tuhan terhadapku, karena dengan memberikan keadaan seperti ini, aku jadi bisa barusaha berfikir keras untuk membuat keadaanku menjadi jauh lebih baik, dan tentunya menjadi lebih berkualitas.. semakin kompleks masalah yang dihadapi, maka semakin tinggi pula kualitas orang tersebut… teringat pepatah yang sering dilontarkan sahabatku yang kebetulan juga seorang aktifis, dalam kalimatnya “ombak yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang tangguh”
Well, saya ijoy mohon pamit undur diri.. semoga post kali ini bisa menjadi referensi untuk motivasi hidup temen2 dalam menaungi derasnya arus kehidupan ini …
Salam hangat, tetaplah semangat, senyumlah selalu dan sampai berjumpa kembali pada postingan berikutnya .. dadah …
Joy,, J


Kenangan yang tak kan pernah terulang . . . . . .
                               

0 komentar:

Posting Komentar

 
;